Jumat, 14 Oktober 2011

Shift Paradigm


Paradigm Shift (Pergeseran Paradigma)

Paradigm Shift. Apa itu? Makanan baru? Jelas bukan. :) Dari asal katanya, bahasa linggis, err.... Inggris maksud saya :P, paradigm atau dalam bahasa Indonesia serapan, paradigma adalah pola pikir. Sedangkan shift adalah perubahan. Jadi,Paradigm Shift adalah perubahan pola pikir.
Sebuah paradigma adalah pandangan dunia yang mengontrol cara kita memahami dunia di mana kita hidup. Pergeseran paradigma terjadi ketika paradigma dominan diganti dengan paradigma baru

Penting?

Saya akan dengan lantang menjawab, ya! Selama paradigma itu negatif atau bahkan salah. Berarti ada dua macam paradigma? Betul. Ada yang positif dan juga negatif. Dan kita pasti akan memilih yang positif. Perlu diketahui, paradigma, secara langsung atau tidak, terbentuk atau bahkan dibentuk oleh pola asuh orangtua/keluarga, lingkungan sekitar, dan media. Saya akan mengupas yang pertama lebih dahulu.

Pola asuh orangtua/keluarga. Sebagian kalian pasti akan mengecam saya dengan pernyataan saya ini. Mereka menganggap keluarga mereka yang paling baik. The best family in the world. Oke, tapi sadari bahwa tidak semua pendidikan orangtua positif. Sengaja maupun tidak.

Sebagai contoh, apakah kalian masih ingat pepatah yang mungkin disematkan di benak kalian oleh orangtua kita, "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian"? Sebuah pepatah yang sebenarnya memiliki maksud baik tapi dengan pemilihan kata yang salah. Salah? Yap, di kalimat tersebut ada kata 'sakit' yang disandingkan dengan kata 'dahulu'. Yang perlu kita ingat adalah kata-kata memiliki kekuatan besar untuk mengubah pemikiran. Dan kata 'bersakit-sakit dahulu' jelas memiliki kekuatan negatif.

Mengapa harus 'bersakit-sakit dahulu'? Apa kita harus sakit dulu sebelum mendapat kesenangan? Atau bisa saya sebut kebahagiaan? Tidak. Mungkin kalian akan berpikir, 'Hei, bersakit itu maksudnya tuh usaha!'. Benar, saya sepenuhnya setuju. Tapi, apakah harus ada kata 'sakit'?

Bila saya mendapatkan hak cipta, saya akan mengganti kalimat pepatah di atas menjadi:


Bersenang-senang dahulu, bersenang-senang pula kemudian


Berusaha dengan perasaan cinta. Berdoa dengan tulus. Ditujukan untuk Sang Maha Kuasa. Menikmati semua proses. Bersenang-senang dahulu.

Lalu, bersiap untuk menerima buah dari usaha dan doa. Dimana saat kita berusaha dengan benar dan adil. Berdoa dengan tulus. Saya yakin Tuhan akan memberikan. Detil. Sesuai yang kita inginkan. Bersenang-senang pula kemudian.

So?

Saya yakin semua orangtua memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. No doubt about it. But, you know the fact now! Pilih dan pilah semua yang diberikan orangtua. Kenali lalu ubah paradigma yang 'tidak sengaja' digelontorkan orangtua untuk kita. Hasilnya? Rasakan dalam kehidupan sehari-hari kalian. The change of your inner will change your outer significantly.



Sains dan Shift Paradigm 
Sebuah tafsir umum dari paradigma adalah keyakinan bahwa penemuan pergeseran paradigma dan sifat dinamis dari ilmu (dengan banyak kesempatan untuk penilaian subjektif oleh para ilmuwan) adalah kasus untuk relativisme : [2] pandangan bahwa semua jenis sistem kepercayaan yang sama . Kuhn menolak keras interpretasi dan menyatakan bahwa ketika sebuah paradigma ilmiah diganti dengan yang baru, walaupun melalui proses sosial yang kompleks, yang baru selalu lebih baik, bukan hanya berbeda.
Klaim-klaim relativisme, bagaimanapun, terkait dengan yang lain mengklaim bahwa Kuhn tidak setidaknya agak mendukung: bahwa bahasa dan teori paradigma yang berbeda tidak dapat diterjemahkan ke dalam satu sama lain atau rasional dievaluasi terhadap satu sama lain - bahwa mereka tidak dapat dibandingkan. Hal ini melahirkan banyak pembicaraan masyarakat dan budaya yang berbeda memiliki pandangan dunia secara radikal berbeda atau skema konseptual - begitu berbeda bahwa apakah atau tidak seorang pun lebih baik, mereka tidak bisa dimengerti oleh satu sama lain. Namun, filsuf Donald Davidson menerbitkan sebuah esai yang sangat dihormati pada tahun 1974, "Pada Ide Sangat dari sebuah Skema Konseptual," menyatakan bahwa gagasan bahwa setiap bahasa atau teori bisa dapat dibandingkan dengan satu sama lain itu sendiri tidak koheren. Jika ini benar, klaim Kuhn harus diambil dalam arti lebih lemah dari mereka sering. Selanjutnya, analisis memegang Kuhnian pada ilmu sosial telah lama renggang dengan aplikasi luas multi-paradigmatik pendekatan untuk memahami perilaku manusia yang kompleks (lihat misalnya John Hassard, Sosiologi dan Teori Organisasi. Positivisme, Paradigm dan Postmodernitas. Cambridge University Press 1993..)
Pergeseran paradigma cenderung menjadi yang paling dramatis dalam ilmu-ilmu yang tampaknya stabil dan matang, seperti dalam fisika di akhir abad ke-19. Pada saat itu, fisika tampaknya disiplin mengisi beberapa rincian terakhir dari sebuah sistem yang sebagian besar bekerja-out. Pada tahun 1900, Lord Kelvin terkenal menyatakan, "Tidak ada yang baru harus ditemukan dalam fisika sekarang Semua yang tetap adalah pengukuran yang lebih dan lebih tepat.." Lima tahun kemudian, Albert Einstein menerbitkan kertas pada relativitas khusus, yang menantang set sangat sederhana aturan yang ditetapkan oleh mekanika Newton, yang telah digunakan untuk menggambarkan gaya dan gerak selama lebih dari dua ratus tahun.
Dalam Struktur Scientific Revolutions, Kuhn menulis, "transisi dari satu paradigma Berturut-turut ke yang lain melalui revolusi adalah pola perkembangan yang biasa ilmu pengetahuan dewasa." (Hal. 12) gagasan Kuhn itu sendiri revolusioner dalam waktu, karena menyebabkan perubahan besar dalam cara yang akademisi berbicara tentang ilmu pengetahuan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa itu disebabkan atau itu sendiri bagian dari "pergeseran paradigma" dalam sejarah dan sosiologi ilmu pengetahuan. Namun, Kuhn tidak akan mengenali seperti pergeseran paradigma. Berada di ilmu-ilmu sosial, orang masih bisa menggunakan ide-ide sebelumnya untuk mendiskusikan sejarah ilmu pengetahuan.
Filsuf dan sejarawan ilmu pengetahuan, termasuk Kuhn sendiri, akhirnya menerima versi modifikasi dari model Kuhn, yang mensintesis tampilan asli dengan model gradualis yang mendahuluinya. Model asli Kuhn sekarang umumnya dipandang sebagai terlalu terbatas
 Pengertian Paradigma
Pengertian paradigma menurut kamus filsafat adalah :
1. Cara memandang sesuatu.
2. Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan dijelaskan.
3. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan dan menentukan atau mendefinisikan sutau study ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu.
4. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.
Paradigm Shift diciptakan oleh Thomas Khun. Dalam “The structure of Science Revolution”, Kuhn menggunakan paradigma dalam dua pengertian. Yang pertama paradigma berarti keseluruan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Dan yang kedua paradigma menunjukan sejenis unsur dalam konstelasi itu dan pemecahan teka-teki yang kongkrit yang jika digunakan sebagai model, pola, atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang masih tersisa. Paradigma merupakan suatu keputusan yudikatif dalam hukum yang tidak tertulis.
Secara singkat pengertian pradigma adalah Keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam memandang sesuatu (fenomena). Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh.
1. Paradigma lahir menurut zamannya
Setiap paradigma yang muncul adalah diperuntukkan mengatasi dan menjawab teka-teki atau permasalahan yang dihadapi pada zaman tertentu. Jika mengikuti pendapat Kuhn, bahwa ilmu pengetahuan itu terikat oleh ruang dan waktu, maka sudah jelas bahwa suatu paradigma hanya cocok dan sesuai untuk permasalahan yang ada pada saat tertentusaja. Sehingga apabila dihadapkan pada permasalahan berbeda dan pada kondisi yang berlainan, maka perpindahan dari satu paradigma ke paradigma yang baru yang lebih sesuai adalah suatu keharusan.
Sebagaimana dalam ilmu-ilmu sosial yang berparadigma ganda, usaha-usaha dalam menemukan paradigma yang lebih mampu menjawab permasalahan yang ada sesuai perkembangan zaman terus dilakukan. Perpaduan antara paradigma fakta sosial, paradigma perilaku sosial, dan paradigma definisi sosial yang masing-masing mempunyai perbedaan dan berlawanan diformulasikan dalam suatu paradigma yang utuh yang dapat memecahkan permasalahan yang lebih kompleks seiring dengan perkembangan zaman.
Dari hal tersebut mencerminkan adanya suatu kemajuan dalam bidang tertentu jika terjadi revolusi-revolusi yang ditandai adanya perpindahan dari paradigma klasik ke paradigma baru.
2. Aplikasi Paradigma dalam Ilmu Agama
Mungkinkan revolusi yang ditandai konversi paradigma tersebut terjadi dalam ilmu-ilmu agama? Pertanyaan itu paling tidak mengingatkan kita pada sejarah penetapan hukum oleh salah satu imam mazhab empat yang terkenal dengan qaul qadim dan jadidnya. Adanya perubahan (revolusi) tersebut terjadi karena dihadapkan pada perbedaan varian kondisi ruang dan waktu.
Berpijak pada hal tersebut dan pola yang dikembangkan Kuhn maka sudah menjadi keniscayaan untuk menemukan paradigma baru dalam menjawab permasalahan dan tantangan zaman. Paradigma yang telah dibuat pijakan oleh para ulama terdahulu yang muncul sesuai dengan varian kondisi ruang dan waktunya serta kecenderungan profesionalnya perlu dipertanyakan dengan melihat kenyataan-kenyataan yang terjadi pada saat terakhir ini.
Sebagai contoh, pemikir muslim Hasan Hanafi dengan konsep kiri Islamnya, telah mencoba menawarkan paradigma baru dalam ajaran pokok Islam, yakni Tauhid. Konsep atau ajaran Tauhid yang hanya dipandang dan dilekatkan pada ke-Esaan Tuhan perlu dirubah dan diperluas sebagai suatu konsep ketauhidanmakhlukNya sehingga akan terbentuk pola kehidupan umat yang seimbang antara ritual dan sosial, lahir dan batin, dunia dan akherat. Sehingga umat dapat melaksanakan tugas dan fungsinya di dunia dengan baik. Dan masih banyak lagi bidang-bidang yangperlu adanya pengembangan paradigma baru.
Kisah tentang Shift Paradigm


Thomas Kuhn, Paradigm Shift, dan Laba-laba

Enam hari sebelum Musim Panas mulai, terang matahari menjadi semakin panjang. Sekalipun jarum jam telah menunjuk pukul 8.14 senja, namun suasana di luar masih cukup terang, persis seperti jam 4.30 di Jogja. Kepalaku masih dipenuhi oleh konsep “paradigm shift” yang diajarkan oleh Thomas Kuhn, ketika tiba-tiba saja mataku tergerak untuk mengamati seekor laba-laba yang tampak menari-nari di luar kaca jendela. Di ketinggian lantai enam ini, tentu sang laba-laba tersebut terkena hempasan angin (gust) khas Chicago yang dikenal cukup ganas. Chicago memang dikenal sebagai Windy City, sebuah label yang sangat tepat baik dalam arti kiasan maupun harafiah. Terletak di pinggir danau raksasa Lake Michigan, Chicago diberkati keindahan alamiah, lengkap dengan hambusan angin yang kadang seperti lecutan pemukul seorang petani yang sedang membajak sawah dengan kedua sapinya. Namun, selain itu, makna Windy City juga memiliki makna yang lebih dari sekedar lecutan angin itu. Selama berpuluh-puluh tahun para politisi Chicago dikenal sangat pragmatis, mudah mengikuti ke mana “arah angin politis” bergerak, dan ini tentu untuk mendapatkan keuntungan personal atau kelompoknya secara lebih. Persetan dengan nila-nilai moral, etika, dan kejujuran. Itu semua hanya dikumandangkan di gereja-gereja, sinagoga-sinagoga, dan kuil-kuil.
Tarian laba-laba yang sedang menenun jaringnya tersebut tiba-tiba menggerakkan kesadaranku. Alangkah sulitnya menenun jaring kala angin mengganggunya. Menenun jaring butuh ketekunan, dan aku ada dalam suasana yang sama dengan laba-laba tersebut. Aku sedang merajut konsep, pemahaman, dan pemaknaan tentang hal-hal teoretis maupun empiris yang dihadirkan dalam buku, jurnal, artikel, dan realitas kehidupan ini. Sama seperti laba-laba tersebut yang merajut jaring sendirian tanpa teman, aku pun lebih sering menghabiskan waktu sendirian. Bukan hal yang aneh bila aku mulai tampak meracau sendirian - berbicara dengan diri sendiri - seakan kepalaku terdiri dari dua bagian. Bagian kanan menjelaskan suatu konsep atau pemahaman tertentu, dan bagian kiri menyanggahnya. Atau sebaliknya.
Tidak berlebihan bila idealnya, sebuah proses belajar semestinya ditempatkan pada konteks sosial. Artinya ada teman yang diajak untuk beradu pendapat, saling mengritisi satu sama lain. Namun, suasana ideal tersebut lebih sering merupakan gagasan utopis yang terbang terlalu tinggi di awang-awang. Tentu saja, mau tidak mau aku mesti berani kembali pada diri sendiri.
Laba-laba yang kesepian, dan beberapa kali tergoyang-goyang oleh desakan angin itu, sepertinya menjadi teman yang tepat bagiku dalam suasana seperti ini. Akupun merasakan goncangan-goncangan yang mirip. Dalam hitungan 16 hari lagi, aku akan kembali dan pulang ke Jogja. Setelah sebagian besar dari waktu tiga tahun terakhir ini aku hidup jauh dari keluarga, rasanya kembali bersama-sama lagi dengan keluarga menjadi sensasi tersendiri. Mau tidak mau suasana ini menimbulkan goncangan. Tidak mudah untuk tetap fokus pada pekerjaan, sementara hati ingin segera kembali bersama keluarga. Sementara sebagai manusia, aku tidak terlepas dari hukum ruang dan waktu - yang mengharuskanku menjadi lebih sabar lagi tentu saja.
Lima belas menit telah lewat. Laba-laba itu akhirnya tampak diam. Selesai sudah dia merajut jala kehidupannya. Goncangan angin yang tampak menantang berhasil dia atasi. Dia tidak sampai terlempar jatuh ke bawah. Terbersit keyakinan, aku pun akan berhasil melewati goncangan-goncangan dalam hidupku.
… seiring dengan turunnya gelap, aku pun kembali merenungkan apa yang tertulis di layar komputer depanku …
… Thomas Kuhn menerbitkan karya klasik berjudul The Structure of Scientific Revolution pada tahun 1962. Dia merupakan orang pertama yang melahirkan konsep paradigm shift. Menurutnya, kemajuan ilmiah tidak terjadi secara evolusioner, tetapi lebih merupakan serangkaian interludes atau potongan-potongan yang diperkuat oleh revolusi intelektual yang kasar. Dalam revolusi macam itu, satu cara pandang konseptual tersisih dan digantikan oleh yang lain. Sebuah paradigm shift merupakan perubahan cara berpikir. Ini merupakan revolusi, transformasi, semacam metamorfosis. Ini tidak akan terjadi secara ala kadarnya, karena pasti didorong oleh agen-agen perubahan yang ngotot memperjuangkan konsep barunya … Dan pandangan ini berbeda dengan keyakinan umum pada era 1960an yang memandang bahwa perkembangan ilmiah adalah evolutif, dan terbentuk melalui terakumulasinya pengetahuan. ….

Kuhn memberikan image atau konsep sains alternatif dalam outline yang ia gambarkan dalam bebeapa stage, yaitu :
Pra paradigm, Paradigma Normal Science, Krisis Revolusi.
1. Pra paradigma-Pra ilmu
Pada stage ini terdapat persetujuan yang kecil bahkan tidak ada persetujuan tentang subjeck matter, problem-problem dan prosedur di antara para ilmuwan yang bersaing, karena tidak adanya suatu pandangan tersendiri yang diterima oleh semua ilmuan tentang suatu teori (fenomena), maka aktivitas-aktivitas ilmiah pada stage ini dilakukan secara terpisah dan tidak terorganisir. Sejumlah aliran yang bersaing, kebanyakan diantara mereka mendukung satu atau lain varian dalam teori tertentu, misalnya tentang sifat cahaya. Teori Epicurus, teori Aristoteles, atau teori Plato, satu kelompok menganggap cahaya sebagai partikel-partikel yang keluar dari benda-benda yang berwujud; bagi yang lain cahaya adalah modifikasi dari medium yang menghalang di antara benda itu dan mata; yang lain lagi menerangkan cahaya sebagai interaksi antara med
ium dan yang dikeluarkan oleh mata; di samping itu ada kombinasi dan modifikasi lain yang masing-masing aliran mendukung teorinya sendiri-sendiri. Sehingga sejumlah teori boleh dikatakan ada sebanyak jumlah pelaksanaannya di lapangan dan setiap ahli teori itu merasa wajib memulai dengan yang baru dan membenarkan pendekatannya sendiri.
Walaupun aktifitas ilmiah masing-masing aliran tersebut dilakukan secara terpisah,
tidak terorganisir sesuai dengan pandangan yang dianut halini tetap memberikan sumbangan yang penting kepada jumlah konsep, gejala, teknik yang dari padanya suatu paradigma tunggal akan diterima oleh semua aliran-aliran ilmuan tersebut, dan ketika paradigma tunggal diterima, maka jalan menuju normal science mulai ditemukan.
Dengan kemampuan paradigma dalam membanding penyelidikan, menentukan teknik memecahkan masalah, dan prosedur-prosedur riset, maka ia dapat menerima (mengatasi) ketergantungan observasi pada teori.
2. Paradigma normal science
Para stage ini, tidak terdapat sengketa pendapat mengenai hal-hal fundamental di antara para ilmuan sehingga paradigma tunggal diterima oleh semuanya. Dan hal inilah merupakan ciri yang membedakan antara normal science dan pra science. Paradigma tunggal yang telah diterima tersebut dilindungi dari kritik dan falsifikasi sehingga ia tahan dari berbagai kritik dan falsifikasi.
Paradigma yang membimbing eksperimen atau riset ilmiah tersebut memungkiri adanya definisi yang ketat, meskipun demkian, didalam paradigma tersebut tercakup :
Beberapa komponen tipikal yang secara eksplisit akan mengemukakan hukum-hukum dan asumsi-asumsi teoritis. Dengan demikiann, hukum “gerak” Newton membentuk sebagian paradigma Newtonian. Dan hukum “persamaan” Maxwell merupakan sebagian paradigma yang telah membentuk teori elektromagnetik klasik.
Beberapa cara yang baku dalam penggunaan hukum-hukum fundamental untuk berbagai tipe situasi.
Beberapa instrumentasi dan teknik-tekniknya yang diperlukan untuk membuat agar hukum-hukum paradigma itu dapat bertahan dalam dunia nyata dan di dalam paradigma itu sendiri.
Beberapa prinsip metafisis yang sangat umum yang membimbing pekerjaan di dalam suatu paradigma.
Bebrapa keterangan metodologis yang sangat umum yang memberikan cara pemecahan teka-teki science.
Normal science melibatkan usaha terperinci dan terorganisir untuk menjabarkan paradigma dengan tujuan memperbaiki imbangannya dengan alam (fenomena) dengan memecahkan teka-teki science, baik teka-teki teoritis maupun teka-teki eksperimental. Teka-teki teoritis (dalam paradigma Newtonian) meliputi perencanaan teknik matematik untuk menangani gerak suatu planet yang tergantung pada beberapa gaya tarik dan mengembangkan asumsi yang sesuai untuk penterapan hukum Newton pada benda cair. Teka-teki eksperimental meliputi perbaikan keakuratan observasi dan pengembangan teknik eksperimen sehingga mampu menghasilkan pengukuran yang dapat dipercaya



Sebuah Ringkasan

Dalam masyarakat hari ini, kita semua menyaksikan perubahan besar sudah. Ketika kita melihat kembali pada "tandingan" (informasi lebih lanjut di sini: beda), kita menelusuri beberapa sumber dengan definisi dari "Pergeseran Paradigma."

Selama era tandingan (1960-1970-an), generasi muda menentang otoritas dan sangat bertentangan dengan sistem kepercayaan yang diterima masyarakat dan standar hidup. Dalam gerakan tandingan (dipicu oleh Perang Vietnam), konservatif sosial dianggap "repressionists sosial."

Paradigma Shift mencerahkan meledak menjadi ide-ide inovatif tentang agama, masyarakat dan spiritualitas, meskipun ideologi Barat tradisional.

Dalam masyarakat hari ini, kita melihat pergeseran ke arah pandangan yang lebih buta-oppresionistic; berkembang biak oleh sensor. Para juxtapositions ironis antara Pergeseran Paradigma hampir setengah abad yang lalu dan pemuda hari masyarakat adalah penyataan mengerikan.

Pemuda oposisi terhadap otoritas tidak mungkin selalu dalam kepentingan terbaik manusia, namun, itu adalah pergeseran Paradigma yang menyebabkan perubahan revolutional yang meningkatkan ketegangan rasial dan hubungan, membuka jalur komunikasi ke negara-negara luar, dan mengakhiri Perang Vietnam.

Hasil akhirnya mencakup berbagai derajat transformasi negatif dan positif yang memungkinkan orang untuk membuka hati dan pikiran mereka untuk keragaman multikultural, dan dipromosikan kebebasan dan kebebasan - pada sisi lain dari pergeseran, ada peningkatan pergaulan, tingkat perceraian yang lebih tinggi, penggunaan obat yang lebih tinggi , dan memaksakan pandangan sosialistis dan aplikasi sistem kesejahteraan.



Menurut saya, paradigm shift memang benar pergeseran paradigm. Dan yang dimaksud dengan pergeseran paradigma menurut saya adalah perubahan cara pandang dari suatu cara pandang individu/kelompok ke cara pandang yang lain dengan adanya suatu perubahan pandangan individu/kelompok tersebut.
Suatu perubahan pandangan seseorang/kelompok dapat dikatakan bisa dirubah, tergantung dari sikap/sifat suatu individu/kelompok tersebut untuk merubah cara pandang mereka. Dan dapat juga dikatakan tidak bisa karena tergantung sifat/sikap suatu individu/kelompok tersebut . sebenarnya pergeseran paradigma itu tidak selalu bernilai positif atau negative, karena tergantung dari cara kita melihat dari sisi mana kita meilhat pergeseran paradigm/cara pandang  tersebut.
Dan dapat dikatakan juga pergeseran paradigma itu terjadi karena suatu pandangan yang berkaitan menjadi satu dan terjadi sebuah konflik atau kekerasan yang membuat suatu pandangan itu digantikan oleh pandangan lain yang dapat diterima oleh suatu individu/kelompok.
Jika dilihat dari segi positif pergeseran paradigma dapat membuat suatu cara pandang menjadi lebih kuat,kokoh, dan lebih dapat diterima di individu/kelompok, tetapi jika kita lihat dari segi negative nya pergeseran paradigma dapat membuat cara pandang tersebut menjadi kurang dapat diterima,membuat konflik cara pandang suatu individu/kelompok yang datu dengan yang lainnya.



Jumat, 07 Oktober 2011

Ilmu Pengetahuan





Devinsi Ilmu Pengetahuan
a. Sekumpulan proposisi sistematis yang terkandung dalam    pernyataan-pernyataan yang  benar dengan ciri pokok yang bersifat general, rational, objektif, mampu diuji kebenarannya (verifikasi objektif), dan mampu menjadi milik umum (Communality, The Liang Gie, 1991
b. Pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah-langkah pencapaiannya dipertanggung-jawabkan secara teoritis (C, Verhaak).
c. Masih banyak definisi lain (lihat di halaman selanjutnya).
d. Kumpulan pengetahuan yang benar :
-           Mempunyai obyek dan tujuan
-           Disusun secara sistematik,
-           Berkembang dengan metode ilmiah,
-           Berlaku universal dan dapat diuji kebenarannya (diverifikasi).
2. Materi : obyek yang dipelajari misalnya:
-   Manusia
-   Kehidupan
-   Benda mati
-   Alam semesta
Obyek yang menjadi pusat perhatian pusat perhatian (focus of interest) atau bidang studi.   Misalnya : -Kesehatan, kedokteran, pertanian, ekonomi, sastra
3. Struktur, klasifikasi, sifat, dan lain-lain harap dipelajari dari ilmu yang ditekuni.
4. Klasifikasi ilmu pengetahuan.
Contoh klasifikasi Ilmu Pengetahuan yang sederhana yaitu:
1. Ilmu dasar (basic Science) misalnya biologi yang  bertujuan mendalami teori dan isi alam yang  hidup.
2. Ilmu terapan (Applied Sciences) yang bertujuan untuk memanfaatkan ilmu guna memecahkan masalah praktis misalnya mekanisme dan teknologi pertanian.
II. ASPEK AKSIOLOGI / ETIS (OBJECTIVE, FOR WHAT, VALUE)
1. Tujuan umum : mis. Ilmu kesehatan mempelajari semua aspek yang  berkaitan dengan kesehatan untuk tetap sehat dan lebih sehat.
Tujuan khusus : untuk mencari/mendapatkan :
  •                                     Kebenaran (Truth)
  •                                     Pengetahuan (Knowledge)
  •                                     Pemahaman (Understanding)
  •                                     Penjelasan (Explanation)
  •                                     Klasifikasi (Classification)
  •                                     Peramalan (Prediction)
  •                                     Pengendalian (Control)
  •                                     Penerapan (Application)
  •                                     Penemuan (Indention)
  •                                     Produksi (Production)
2.Nilai etis: kebenaran, mis. Kesehatan yang lebih baik, bernilai etis dan estetis.
III. ASPEK EPISTEMOLOGI (WHY, HOW)
1.Why: misalnya ilmu kesehatan, masih banyak yang tidak sehat hingga ada keinginan mencari kebenaran ilmiah apa penyebabnya.
2. How : misalnya pemikiran dan pengkajian ilmiah/ hasil ilmiah yang disusun secara sistematik, dengan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran tentang kesehatan.
        Sistematik: Disusun teratur berdasarkan sistim
        Sistim: Bagian-bagian yang berfungsi untuk I.P
        Metode: Cara untuk menemukan/membuktikan dan mengembangkan I.P.
        Berkembang: Berdasarkan hasil Metode Ilmiah dan bersifat terbuka
        Universal: Berlaku sama di mana saja
        Terbuka : Selalu dapat diuji kebenarannya secara ilmiah (diversifikasi) dengan penalaran maupun diuji ulang.
Mengenai sistim dan metode ini, pendapat Prof. Kuncaraningrat adalah sebagai berikut: Sistem adalah susunan yang berfungsi dan bergerak; suatu cabang ilmu niscaya mempunyai objeknya, dan objek yang menjadi sasaran itu umumnya dibatasi. Sehubungan dengan itu, maka setiap ilmu lazimnya mulai dengan merumuskan suatu batasan (definisi) perihal apa yang hendak dijadikan objek studinya.
         Beberapa definisi ilmu pengetahuan (science) dapat bermacam-macam yaitu :
J. Haberer 1972 : Suatu hasil aktivitas manusia yang merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi pranata dalam masyarakat.
J.D. Bernal 1977 : Suatu pranata atau metode yang membentuk keyakinan mengenai alam semesta dan manusia.
E. Cantote 1977 : Suatu hasil aktivitas manusia yang mempunyai makna dan metode.1977 -1992
E.F. Schumacher : The perfections of science are purely practical-the objective practical the objective, i.e. independent of character and  interests of the operator, measurable, recordable and repeatable.
Prof. Burr : Like the fields of physics, sciences are part of the organization of the universe and are influenced by the fast forces of space .
Cambridge-Dictionary 1995    :  Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan tujuan  tertentu dengan sistim, met ode untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji kebenarannya
1.Tujuan Ilmu - mencari kebenaran ilmu tertentu secara ilmiah
2. Sistem Ilmu
Sistem = Bagian-bagian atau elemen-elemen yang berfungsi saling berkaitan/interrelated untuk mewujudkan fungsi organ/ institusi/ilmu secara menyeluruh:
Contoh  :
Fungsi Kehidupan manusia
·         Sistem syarat
·         Fungsi kehidupan manusia
·         Sistem pencernaan                            
·         Sistem panca indera
·         Sistem vaskuler
pengembangan ilmu
·         Sistem penalaran / logika Fungsi
·         Sistem klasifikasi                                
·         Fungsi pengembangan ilmu              
·         Sistem penulisan ilmiah
·         Sistem pembuktian
·         Statistika
         Faktor sistim
a. Ada seperangkat elemen tertentu (Assemblage of elements),
b. Elemen-elemen itu saling berkaitan secara teratur (Interrelated),
c. Ada mekanisme keterkaitan antar elemen itu dan merupakan suatu kesatuan organisasi.
d. Kesatuan organisasi itu berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
e. Menghasilkan sesuatu yang dapat diamati dan disaksikan (Genera-ting an observable product).
         Sistematik berarti bahwa ilmu pengetahuan itu secara teratur dan tersusun hingga memberikan pengertian tentang hakikat, kebenaran dan pembuktian kebenaran.
         Kebenaran/kesalahan dan atau kepastian itu dapat dipertanggungjawabkan berdasar pembuktian denganmetode ilmiah.
         Sistematika ilmu pengaturan sistematik ilmu hingga mudah di pelajari.
         Sistematika ilmu dapat dibagi tiga :
    1. Apa ilmu/ilmu  baru itu dan sistematikanya ? (aspek ontologi)
    2. Untuk apa ilmu tersebut? (Sistematika tujuan – aspek aksiologi / etika)
    3. Bagaimana metode mencapai tujuan tersebut/bagaimana dan mengapa menyusun Sistematika ilmu secara benar dan mudah dipelajari (aspek epistemologi).
3. Metode
            Yang dimaksudkan dengan metode yaitu metode ilmiah. Metode ilmiah ialah cara untuk mendapatkan atau menemukan pengetahuan yang benar dan bersifat ilmiah. Metode ilmiah mensyaratkan asas dan prosedur tertentu yang disebut kegiatan ilmiah misalnya penalaran, studi kasus dan penelitian.
            Metode ilmiah dapat dengan penalaran dan pembuktian kebenaran ilmiah.
      3.1  Metode Ilmiah dengan penalaran dan kesimpulan atau pembuktian kebenaran
-  Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing (Suriasumantri, 1987).
-  Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang benar dan bukan hasil perasaan.
Penalaran merupakan kegiatan yang mempunyai ciri tertentu dalam penemuan kebenaran.
            Dua ciri penalaran :
- Logis
- Analitis
a. Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka tertentu (frame of logic) yaitu, menurut logika: deduksi-induksi; rasionalism-empirism; abstrak-kongkrit; apriori-aposteriori.
b. Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir analisis-sintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/ penelitian).
           Contoh dari yang sederhana misal benda tersebut benar pensil, air laut itu asin, buah yang diperam akan lebih cepat masak; air mendidih temperaturnya 100°C; penyakit tuberkulosis itu disebabkan oleh basil. Contoh-contoh tersebut dapat dibuktikan kebenarannya mulai dari pengalaman dan penalaran sampai dengan penelitian/pembuktian kebenaran ilmiah.
4. Dinamis
            Ilmu Pengetahuan berkembang, jadi bersifat dinamis. Aktivitas untuk perkembangan ilmu antara lain dengan kajian/risel (study, search, pursuit, inquiry, quest). Pembuktian kebenaran ilmiah dan dinamika ilmu atau metode perkembangan ilmu yaitu dengan penelitian atau riset.

Contoh urutan riset adalah sebagai berikut:
1. Judul yang jelas berkaitan dengan riset;
2. Rumusan masalah yang spesifik berkaitan dengan judul;
3. Tujuan dan manfaat yang berkaitan dengan masalah;
4. Tinjauan Pustaka yang berkaitan dengan judul riset; 
5. Kerangka Teori yang berkaitan dengan Tinjauan Pustak
6. Kerangka konsep riset;
7. Rumusan hipotesis kerja;
8. Rumusan definisi operasional riset;
9. Rancangan metode riset yang terkendalikan;
10. Kumpulan data (Rencana dan Pelaksanaan);
11. Analisis data dan sintesis hingga menjadi pernyataan;
12. Pembahasan
13. Simpulan pernyataan menjadi hasil riset yang dapat dipertanggung jawabkan
14. Dibuat verifikasi hasil, saran dan ramalan ilmiah.

Syarat-syarat ilmu                                                                                                                             

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu[4]. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.

1.      Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
2.     Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
3.     Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Ilmu Pasti Matematika
Matematika sangat penting bagi keilmuan, terutama dalam peran yang dimainkannya dalam mengekspresikan model ilmiah. Mengamati dan mengumpulkan hasil-hasil pengukuran, sebagaimana membuat hipotesis dan dugaan, pasti membutuhkan model dan eksploitasi matematis. Cabang matematika yang sering dipakai dalam keilmuan di antaranya kalkulus danstatistika, meskipun sebenarnya semua cabang matematika memunyai penerapannya, bahkan bidang "murni" seperti teori bilangan dan topologi.
Beberapa orang pemikir memandang matematikawan sebagai ilmuwan, dengan anggapan bahwa pembuktian-pembuktian matematis setara dengan percobaan. Sebagian yang lainnya tidak menganggap matematika sebagai ilmu, sebab tidak memerlukan uji-uji eksperimental pada teori dan hipotesisnya. Namun, dibalik kedua anggapan itu, kenyataan pentingnya matematika sebagai alat yang sangat berguna untuk menggambarkan/menjelaskan alam semesta telah menjadi isu utama bagi filsafat matematika.
Lihat Eugene Wigner, The Unreasonable Effectiveness of Mathematics.
Richard Feynman berkata, "Matematika itu tidak nyata, tapi terasa nyata. Di manakah tempatnya berada?", sedangkan Bertrand Russell sangat senang mendefinisikan matematika sebagai "subjek yang kita tidak pernah tahu apa yang sedang kita bicarakan, dan kita tidak tahu pula kebenarannya."

Pengertian Matematika
Matematika (dari bahasa Yunani: Î¼Î±Î¸Î·Î¼Î±Ï„ικά - mathÄ“matiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawanmencari berbagai pola,[2][3] merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksiomadan definisi-definisi yang bersesuaian.[4]
Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik hadir secara alami, atau hanyalah buatan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting".[5] Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan."[6]
Melalui penggunaan penalaran logika dan abstraksi, matematika berkembang dari pencacahan, perhitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematis terhadap bangun dan pergerakan benda-benda fisika. Matematika praktis telah menjadi kegiatan manusia sejak adanya rekaman tertulis. Argumentasi kaku pertama muncul di dalam Matematika Yunani, terutama di dalam karya Euklides, Elemen. Matematika selalu berkembang, misalnya di Cina pada tahun 300 SM, di India pada tahun 100 M, dan di Arab pada tahun 800 M, hingga zaman Renaisans, ketika temuan baru matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru yang mengarah pada peningkatan yang cepat di dalam laju penemuan matematika yang berlanjut hingga kini.[7]
Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya baru, seperti statistika dan teori permainan. Para matematikawan juga bergulat di dalam matematika murni, atau matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di dalam pikiran, meskipun penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika murni ternyata seringkali ditemukan terkemudian
Devinisi Pengertian Ilmu Pengetahuan
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.   
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005 diantaranya  adalah :
·        Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
·        Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
·        Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
·        Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
·        Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika .... maka “.
·        Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense,  tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu.  Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).
Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasional atau menggunakan logika deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta.  
Secara lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.

Arti pengetahuan menurut para ahli

 Dengan adanya zaman yang semakin berubah dan ilmu pengetahuan juga berkembang maka sudah saatnya kita coba menggali kedalam diri kita sendiri lalu berani untuk bertanya apa yang sudah kita berikan pada kehidupan ini dari ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari. Apakah benar kita sudah belajar? Ataukah kita sebenarnya dibelajarkan? Proses perjalanan waktu dan usia pada diri manusia akan dapat menjawab pertanyaan tersebut. Tanpa kita sadari apapun yang kita peroleh dari kehidupan ini adalah pengalaman yang berarti jika disadari sepenuhnya. Tetapi kadang kita lupa bahwa apa yang kita peroleh itu kita anggap sebagai usaha sendiri, dalam arti tidak ada campur tangan sesuatu yang lain dari diri ini. Maka manusia dengan ketidaktahuannya atau dengan kesombongannya tidak menelusuri asal usul dan arti ilmu pengetahuan itu sendiri. Akibat dari semua ini kita menjadi korban ketidaktahuan dan kesombongan diri sendiri.
Dalam bahasa Jawa terdapat kata Kawruh dan Ngelmu. Kawruh dalam hal ini dapat diartikan sebagai ilmunya pengetahuan, sedangkan Ngelmu adalah pengetahuannya ilmu. Kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain, yang berbeda adalah ciri dan caranya. Tetapi mari kita mencoba bersama menggali ciri dan cara dari proses “adanya” sehingga “menjadi” yang dinamakan Ilmu pengetahuan tadi. Dengan pemikiran yang jernih tanpa adanya penolakan ataupun penerimaan yang dapat menimbulkan selisih pendapat atau persamaan pendapat, kita terlebih dulu menyatukan pikiran dan sikap yang sama bahwa kita saat ini sedang “dibelajarkan“. Dengan kerendahan hati kita siap menerima untuk dibelajarkan yang asalnya adalah dari diri kita sendiri. Jika ada penolakan berarti menolak diri kita sendiri. Jika ada penerimaan maka kita menerima diri kita sendiri. Segala sesuatu biarlah terjadi apa adanya. Wallahualam.
Dalam beberapa tahun belakangan ini kita melihat adanya perubahan yang mendasar dari evolusi kesadaran manusia yaitu mencari indentitas dirinya. Maka dimana-mana muncul berbagai macam cara untuk memperoleh apa yang dinamakan ilmu pengetahuan tentang jati diri dan cara memperolehnya. Orang yang membawa ilmu pengetahuan inipun berbeda dalam ciri dan caranya sehingga muncul juga penafsiran yang berbeda tergantung sejauh mana pengertian yang ia diperoleh. Ilmu pengetahuan adalah pengumpulan pengertian tentang suatu hal yang kita dapat karena “tahu”.
Tahu berarti :
- menyerap perangsang indera
- berkesan, dan
- mengerti kesan itu.
Proses dari menerima perangsang indera bisa kita alami melalui :
- Melihat – indera penglihat.
- Mendengar – indera pendengar.
- Mencium – indera pencium.
- Meraba – indera perasa dan.
- Merasa – indera pengecap.
Jadi untuk mengerti adalah suatu peristiwa pikiran, tetapi dasar dari timbulnya pengertian bisa merupakan :
A. Daya kodrat manusia yaitu :
* mengerti karena memikir
* mengerti karena merasa

B. Daya kegaiban Gusti, yaitu :
* mengerti karena terbuka hati.
Indera adalah penerima perangsang, sedangkan pernyataan adalah karya pikiran dan kehendak. Semua pengumpulan pengertian tentang setiap hal yang ada di dunia ini dan pengertian tersebut merupakan hasil dari tahu , maka itu dinamakan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi menjadi 2 macam :
- Ilmu pengetahuan exacta (nyata)
- Ilmu pengetahuan abstrak (tanpa wujud)
Kedua ilmu pengetahuan ini berasal dari penerapan indera. Semua ilmu pengetahuan baik exacta atau yang abstrak ada jalan untuk mempelajarinya yaitu:
- langsung atau tidak dibutuhkan guru,
- banyak atau sedikit dipergunakan buku,
- dasar pelajaran diletakkan pada kecerdasan otak.
Hasil pelajaran dari ilmu pengetahuan exacta atau nyata yaitu pengertian nyata, sedangkan hasil pelajaran dari ilmu pengetahuan abstrak yaitu pengertian rohani. Pengertian nyata tentang hukum-hukum alam dapat menuntun kita menyingkap rahasia alam misalkan tentang bulan, bintang, matahari, planet, atau air, tumbuhan, dll. Tetapi pengertian rohani tidak mampu menuntun kita untuk mengungkap rahasia rohani atau rahasia ketuhanan. Pengertian rohani sifatnya adalah mati sedangkan rahasia ketuhanan adalah rahasia yang sifatnya hidup atau disebut juga “Daya Hidup”. Mengapa kita katakan bahwa pengertian rohani bersifat mati, artinya ilmu pengetahuan abstrak sebatas pengertian rohani dalam diri kita itu tidak bisa tumbuh dan tidak bisa bertambah dengan sendirinya, selain dari diri kita yang berusaha untuk menambahnya dengan :
- banyak membaca
- menambah pelajaran
- mengadakan diskusi dan lain sebagainya.
Semua hasil dari penambahan pengertian rohani berasal dari pemikiran dan semua karya pikiran ialah ilmu pengetahuan yang sifatnya mati, karena itu untuk mempelajari ilmu pengetahuan dibutuhkan guru dan buku. Mempelajari daya hidup dengan ilmu pengetahuan abstrak berarti kita mempergunakan pengertian yang mati untuk mempelajari daya yang hidup. Dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang nyata, kita juga mempergunakan pengertian yang mati tetapi untuk hal yang sifatnya juga mati, dan merupakan fakta nyata yang bisa diserap, dipikir, dan dikongklusi. Dengan cara berpikir demikian dapat membawa kita maju dalam ilmu pengetahuan yang dipelajari. Dalam mempergunakan pengertian mati untuk mempelajari daya hidup yang tanpa wujud kita tidak menemukan fakta nyata lahiriyah guna bahan pencerapan, perbandingan dan pemikiran. Tiap kongklusi yang diambil dengan kecerdasan otak tentu hanya dikira-kira, dan tidak berdasarkan fakta nyata. Maka sebab itulah pengertian rohani terhadap daya hidup sifatnya adalah mati. Dengan kecerdasan otak saja, kita tidak bisa mempelajari daya hidup apalagi tanpa guru atau tanpa buku. Jika kita melihat ilmu ketuhanan sebagai ilmu pengetahuan berpijak dari percaya akan adanya Tuhan. Seandainya kepercayaan akan adanya Tuhan itu tidak ada, maka ilmu pengetahuan dengan sendirinya tidak ada juga. Maka untuk mempelajari ilmu pengetahuan tentang ketuhanan kita tidak diharuskan untuk percaya bahwa Tuhan itu ada. Misalkan seorang atheis juga bisa mempelajari ilmu pengetahuan ketuhanan karena ilmu pengetahuan seperti yang telah kita bahas sebelumnya berproses dari panca indera sampai pada otak hingga timbul pengertian-pengertian hasil dari ilmu pengetahuan yang kita pelajari.
Demikian sedikit ringkasan dari apa yang kita sebut “Ilmu Pengetahuan“ agar kita juga mengerti dan merobah sejenak pola pikir tentang arti dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Inilah yang disebut dalam bahasa jawa, Kawruh yaitu “Tuman duking weruh” atau penerapan indera dan kecerdasan otak. Setelah kita mengerti tentang Ilmu pengetahuan atau kawruh itu tadi maka kita akan beranjak pada proses yang selanjutnya yang dinamakan Ngelmu atau bisa diartikan Pengetahuannya Ilmu agar mudah diserap oleh panca indera kita. Marilah kita persiapkan diri kita untuk “dibelajarkan” tentang proses dari apa yang disebut Ngelmu itu. Pengetahuannya ilmu disini adalah mengenai apa yang disebut “Daya hidup”. Ngelmu dalam arti suatu cara untuk mendalami ilmu pengetahuan tentang daya hidup. Dari daya hidup inilah adanya tuntunan dan pengertian dimana daya hidup itu sendiri ingin dimengerti dan tetap dibiarkan hidup. Daya hidup yang ingin dimengerti itulah yang akan jadi guru dan buku yang dapat terjamin keabsahannya. Kalau daya yang kita hidupi itu memang bersumber dari daya hidup, sudah selayaknya kalau dapat menghidupi kita dengan pengertian-pengertian tentang kehidupan.
Seperti awalnya mari kita samakan pikiran dan sikap kita untuk “dibelajarkan” tentang cara mendalami ilmu pengetahuan dari daya hidup. Dalam bahasa jawa adalah ngelmu atau bahasa Indonesia umumnya ada istilah menuntut ilmu. Begitu banyak hal yang kita dengar tentang orang yang menuntut ilmu ini dan itu yang pada akhirnya bagaimana manusia itu sendiri berpijak pada apa yang menjadi pilihan dan keyakinannya dan tanggung jawab apa yang telah dia lakukan setelah dia mendapatkan hasil dari ngelmu itu. Apakah manusia itu sendiri menyadari daya hidup yang dipakainya menghasilkan suatu daya kerja yang bermanfaat untuk dirinya? Atau hanya sekedar ikut-ikutan tanpa mengerti terlebih dahulu? kembali lagi pada diri manusianya
Refrensi
http://www.membuatblog.web.id/2010/09/arti-pengetahuan-menurut-para-ahli.html
 http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu
http://www.unhas.ac.id/rhiza/arsip/mystudents/filsafat-iptek/Bab%204%20Sugianto.ppt