Jumat, 14 Oktober 2011

Shift Paradigm


Paradigm Shift (Pergeseran Paradigma)

Paradigm Shift. Apa itu? Makanan baru? Jelas bukan. :) Dari asal katanya, bahasa linggis, err.... Inggris maksud saya :P, paradigm atau dalam bahasa Indonesia serapan, paradigma adalah pola pikir. Sedangkan shift adalah perubahan. Jadi,Paradigm Shift adalah perubahan pola pikir.
Sebuah paradigma adalah pandangan dunia yang mengontrol cara kita memahami dunia di mana kita hidup. Pergeseran paradigma terjadi ketika paradigma dominan diganti dengan paradigma baru

Penting?

Saya akan dengan lantang menjawab, ya! Selama paradigma itu negatif atau bahkan salah. Berarti ada dua macam paradigma? Betul. Ada yang positif dan juga negatif. Dan kita pasti akan memilih yang positif. Perlu diketahui, paradigma, secara langsung atau tidak, terbentuk atau bahkan dibentuk oleh pola asuh orangtua/keluarga, lingkungan sekitar, dan media. Saya akan mengupas yang pertama lebih dahulu.

Pola asuh orangtua/keluarga. Sebagian kalian pasti akan mengecam saya dengan pernyataan saya ini. Mereka menganggap keluarga mereka yang paling baik. The best family in the world. Oke, tapi sadari bahwa tidak semua pendidikan orangtua positif. Sengaja maupun tidak.

Sebagai contoh, apakah kalian masih ingat pepatah yang mungkin disematkan di benak kalian oleh orangtua kita, "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian"? Sebuah pepatah yang sebenarnya memiliki maksud baik tapi dengan pemilihan kata yang salah. Salah? Yap, di kalimat tersebut ada kata 'sakit' yang disandingkan dengan kata 'dahulu'. Yang perlu kita ingat adalah kata-kata memiliki kekuatan besar untuk mengubah pemikiran. Dan kata 'bersakit-sakit dahulu' jelas memiliki kekuatan negatif.

Mengapa harus 'bersakit-sakit dahulu'? Apa kita harus sakit dulu sebelum mendapat kesenangan? Atau bisa saya sebut kebahagiaan? Tidak. Mungkin kalian akan berpikir, 'Hei, bersakit itu maksudnya tuh usaha!'. Benar, saya sepenuhnya setuju. Tapi, apakah harus ada kata 'sakit'?

Bila saya mendapatkan hak cipta, saya akan mengganti kalimat pepatah di atas menjadi:


Bersenang-senang dahulu, bersenang-senang pula kemudian


Berusaha dengan perasaan cinta. Berdoa dengan tulus. Ditujukan untuk Sang Maha Kuasa. Menikmati semua proses. Bersenang-senang dahulu.

Lalu, bersiap untuk menerima buah dari usaha dan doa. Dimana saat kita berusaha dengan benar dan adil. Berdoa dengan tulus. Saya yakin Tuhan akan memberikan. Detil. Sesuai yang kita inginkan. Bersenang-senang pula kemudian.

So?

Saya yakin semua orangtua memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. No doubt about it. But, you know the fact now! Pilih dan pilah semua yang diberikan orangtua. Kenali lalu ubah paradigma yang 'tidak sengaja' digelontorkan orangtua untuk kita. Hasilnya? Rasakan dalam kehidupan sehari-hari kalian. The change of your inner will change your outer significantly.



Sains dan Shift Paradigm 
Sebuah tafsir umum dari paradigma adalah keyakinan bahwa penemuan pergeseran paradigma dan sifat dinamis dari ilmu (dengan banyak kesempatan untuk penilaian subjektif oleh para ilmuwan) adalah kasus untuk relativisme : [2] pandangan bahwa semua jenis sistem kepercayaan yang sama . Kuhn menolak keras interpretasi dan menyatakan bahwa ketika sebuah paradigma ilmiah diganti dengan yang baru, walaupun melalui proses sosial yang kompleks, yang baru selalu lebih baik, bukan hanya berbeda.
Klaim-klaim relativisme, bagaimanapun, terkait dengan yang lain mengklaim bahwa Kuhn tidak setidaknya agak mendukung: bahwa bahasa dan teori paradigma yang berbeda tidak dapat diterjemahkan ke dalam satu sama lain atau rasional dievaluasi terhadap satu sama lain - bahwa mereka tidak dapat dibandingkan. Hal ini melahirkan banyak pembicaraan masyarakat dan budaya yang berbeda memiliki pandangan dunia secara radikal berbeda atau skema konseptual - begitu berbeda bahwa apakah atau tidak seorang pun lebih baik, mereka tidak bisa dimengerti oleh satu sama lain. Namun, filsuf Donald Davidson menerbitkan sebuah esai yang sangat dihormati pada tahun 1974, "Pada Ide Sangat dari sebuah Skema Konseptual," menyatakan bahwa gagasan bahwa setiap bahasa atau teori bisa dapat dibandingkan dengan satu sama lain itu sendiri tidak koheren. Jika ini benar, klaim Kuhn harus diambil dalam arti lebih lemah dari mereka sering. Selanjutnya, analisis memegang Kuhnian pada ilmu sosial telah lama renggang dengan aplikasi luas multi-paradigmatik pendekatan untuk memahami perilaku manusia yang kompleks (lihat misalnya John Hassard, Sosiologi dan Teori Organisasi. Positivisme, Paradigm dan Postmodernitas. Cambridge University Press 1993..)
Pergeseran paradigma cenderung menjadi yang paling dramatis dalam ilmu-ilmu yang tampaknya stabil dan matang, seperti dalam fisika di akhir abad ke-19. Pada saat itu, fisika tampaknya disiplin mengisi beberapa rincian terakhir dari sebuah sistem yang sebagian besar bekerja-out. Pada tahun 1900, Lord Kelvin terkenal menyatakan, "Tidak ada yang baru harus ditemukan dalam fisika sekarang Semua yang tetap adalah pengukuran yang lebih dan lebih tepat.." Lima tahun kemudian, Albert Einstein menerbitkan kertas pada relativitas khusus, yang menantang set sangat sederhana aturan yang ditetapkan oleh mekanika Newton, yang telah digunakan untuk menggambarkan gaya dan gerak selama lebih dari dua ratus tahun.
Dalam Struktur Scientific Revolutions, Kuhn menulis, "transisi dari satu paradigma Berturut-turut ke yang lain melalui revolusi adalah pola perkembangan yang biasa ilmu pengetahuan dewasa." (Hal. 12) gagasan Kuhn itu sendiri revolusioner dalam waktu, karena menyebabkan perubahan besar dalam cara yang akademisi berbicara tentang ilmu pengetahuan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa itu disebabkan atau itu sendiri bagian dari "pergeseran paradigma" dalam sejarah dan sosiologi ilmu pengetahuan. Namun, Kuhn tidak akan mengenali seperti pergeseran paradigma. Berada di ilmu-ilmu sosial, orang masih bisa menggunakan ide-ide sebelumnya untuk mendiskusikan sejarah ilmu pengetahuan.
Filsuf dan sejarawan ilmu pengetahuan, termasuk Kuhn sendiri, akhirnya menerima versi modifikasi dari model Kuhn, yang mensintesis tampilan asli dengan model gradualis yang mendahuluinya. Model asli Kuhn sekarang umumnya dipandang sebagai terlalu terbatas
 Pengertian Paradigma
Pengertian paradigma menurut kamus filsafat adalah :
1. Cara memandang sesuatu.
2. Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan dijelaskan.
3. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan dan menentukan atau mendefinisikan sutau study ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu.
4. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.
Paradigm Shift diciptakan oleh Thomas Khun. Dalam “The structure of Science Revolution”, Kuhn menggunakan paradigma dalam dua pengertian. Yang pertama paradigma berarti keseluruan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Dan yang kedua paradigma menunjukan sejenis unsur dalam konstelasi itu dan pemecahan teka-teki yang kongkrit yang jika digunakan sebagai model, pola, atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang masih tersisa. Paradigma merupakan suatu keputusan yudikatif dalam hukum yang tidak tertulis.
Secara singkat pengertian pradigma adalah Keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam memandang sesuatu (fenomena). Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh.
1. Paradigma lahir menurut zamannya
Setiap paradigma yang muncul adalah diperuntukkan mengatasi dan menjawab teka-teki atau permasalahan yang dihadapi pada zaman tertentu. Jika mengikuti pendapat Kuhn, bahwa ilmu pengetahuan itu terikat oleh ruang dan waktu, maka sudah jelas bahwa suatu paradigma hanya cocok dan sesuai untuk permasalahan yang ada pada saat tertentusaja. Sehingga apabila dihadapkan pada permasalahan berbeda dan pada kondisi yang berlainan, maka perpindahan dari satu paradigma ke paradigma yang baru yang lebih sesuai adalah suatu keharusan.
Sebagaimana dalam ilmu-ilmu sosial yang berparadigma ganda, usaha-usaha dalam menemukan paradigma yang lebih mampu menjawab permasalahan yang ada sesuai perkembangan zaman terus dilakukan. Perpaduan antara paradigma fakta sosial, paradigma perilaku sosial, dan paradigma definisi sosial yang masing-masing mempunyai perbedaan dan berlawanan diformulasikan dalam suatu paradigma yang utuh yang dapat memecahkan permasalahan yang lebih kompleks seiring dengan perkembangan zaman.
Dari hal tersebut mencerminkan adanya suatu kemajuan dalam bidang tertentu jika terjadi revolusi-revolusi yang ditandai adanya perpindahan dari paradigma klasik ke paradigma baru.
2. Aplikasi Paradigma dalam Ilmu Agama
Mungkinkan revolusi yang ditandai konversi paradigma tersebut terjadi dalam ilmu-ilmu agama? Pertanyaan itu paling tidak mengingatkan kita pada sejarah penetapan hukum oleh salah satu imam mazhab empat yang terkenal dengan qaul qadim dan jadidnya. Adanya perubahan (revolusi) tersebut terjadi karena dihadapkan pada perbedaan varian kondisi ruang dan waktu.
Berpijak pada hal tersebut dan pola yang dikembangkan Kuhn maka sudah menjadi keniscayaan untuk menemukan paradigma baru dalam menjawab permasalahan dan tantangan zaman. Paradigma yang telah dibuat pijakan oleh para ulama terdahulu yang muncul sesuai dengan varian kondisi ruang dan waktunya serta kecenderungan profesionalnya perlu dipertanyakan dengan melihat kenyataan-kenyataan yang terjadi pada saat terakhir ini.
Sebagai contoh, pemikir muslim Hasan Hanafi dengan konsep kiri Islamnya, telah mencoba menawarkan paradigma baru dalam ajaran pokok Islam, yakni Tauhid. Konsep atau ajaran Tauhid yang hanya dipandang dan dilekatkan pada ke-Esaan Tuhan perlu dirubah dan diperluas sebagai suatu konsep ketauhidanmakhlukNya sehingga akan terbentuk pola kehidupan umat yang seimbang antara ritual dan sosial, lahir dan batin, dunia dan akherat. Sehingga umat dapat melaksanakan tugas dan fungsinya di dunia dengan baik. Dan masih banyak lagi bidang-bidang yangperlu adanya pengembangan paradigma baru.
Kisah tentang Shift Paradigm


Thomas Kuhn, Paradigm Shift, dan Laba-laba

Enam hari sebelum Musim Panas mulai, terang matahari menjadi semakin panjang. Sekalipun jarum jam telah menunjuk pukul 8.14 senja, namun suasana di luar masih cukup terang, persis seperti jam 4.30 di Jogja. Kepalaku masih dipenuhi oleh konsep “paradigm shift” yang diajarkan oleh Thomas Kuhn, ketika tiba-tiba saja mataku tergerak untuk mengamati seekor laba-laba yang tampak menari-nari di luar kaca jendela. Di ketinggian lantai enam ini, tentu sang laba-laba tersebut terkena hempasan angin (gust) khas Chicago yang dikenal cukup ganas. Chicago memang dikenal sebagai Windy City, sebuah label yang sangat tepat baik dalam arti kiasan maupun harafiah. Terletak di pinggir danau raksasa Lake Michigan, Chicago diberkati keindahan alamiah, lengkap dengan hambusan angin yang kadang seperti lecutan pemukul seorang petani yang sedang membajak sawah dengan kedua sapinya. Namun, selain itu, makna Windy City juga memiliki makna yang lebih dari sekedar lecutan angin itu. Selama berpuluh-puluh tahun para politisi Chicago dikenal sangat pragmatis, mudah mengikuti ke mana “arah angin politis” bergerak, dan ini tentu untuk mendapatkan keuntungan personal atau kelompoknya secara lebih. Persetan dengan nila-nilai moral, etika, dan kejujuran. Itu semua hanya dikumandangkan di gereja-gereja, sinagoga-sinagoga, dan kuil-kuil.
Tarian laba-laba yang sedang menenun jaringnya tersebut tiba-tiba menggerakkan kesadaranku. Alangkah sulitnya menenun jaring kala angin mengganggunya. Menenun jaring butuh ketekunan, dan aku ada dalam suasana yang sama dengan laba-laba tersebut. Aku sedang merajut konsep, pemahaman, dan pemaknaan tentang hal-hal teoretis maupun empiris yang dihadirkan dalam buku, jurnal, artikel, dan realitas kehidupan ini. Sama seperti laba-laba tersebut yang merajut jaring sendirian tanpa teman, aku pun lebih sering menghabiskan waktu sendirian. Bukan hal yang aneh bila aku mulai tampak meracau sendirian - berbicara dengan diri sendiri - seakan kepalaku terdiri dari dua bagian. Bagian kanan menjelaskan suatu konsep atau pemahaman tertentu, dan bagian kiri menyanggahnya. Atau sebaliknya.
Tidak berlebihan bila idealnya, sebuah proses belajar semestinya ditempatkan pada konteks sosial. Artinya ada teman yang diajak untuk beradu pendapat, saling mengritisi satu sama lain. Namun, suasana ideal tersebut lebih sering merupakan gagasan utopis yang terbang terlalu tinggi di awang-awang. Tentu saja, mau tidak mau aku mesti berani kembali pada diri sendiri.
Laba-laba yang kesepian, dan beberapa kali tergoyang-goyang oleh desakan angin itu, sepertinya menjadi teman yang tepat bagiku dalam suasana seperti ini. Akupun merasakan goncangan-goncangan yang mirip. Dalam hitungan 16 hari lagi, aku akan kembali dan pulang ke Jogja. Setelah sebagian besar dari waktu tiga tahun terakhir ini aku hidup jauh dari keluarga, rasanya kembali bersama-sama lagi dengan keluarga menjadi sensasi tersendiri. Mau tidak mau suasana ini menimbulkan goncangan. Tidak mudah untuk tetap fokus pada pekerjaan, sementara hati ingin segera kembali bersama keluarga. Sementara sebagai manusia, aku tidak terlepas dari hukum ruang dan waktu - yang mengharuskanku menjadi lebih sabar lagi tentu saja.
Lima belas menit telah lewat. Laba-laba itu akhirnya tampak diam. Selesai sudah dia merajut jala kehidupannya. Goncangan angin yang tampak menantang berhasil dia atasi. Dia tidak sampai terlempar jatuh ke bawah. Terbersit keyakinan, aku pun akan berhasil melewati goncangan-goncangan dalam hidupku.
… seiring dengan turunnya gelap, aku pun kembali merenungkan apa yang tertulis di layar komputer depanku …
… Thomas Kuhn menerbitkan karya klasik berjudul The Structure of Scientific Revolution pada tahun 1962. Dia merupakan orang pertama yang melahirkan konsep paradigm shift. Menurutnya, kemajuan ilmiah tidak terjadi secara evolusioner, tetapi lebih merupakan serangkaian interludes atau potongan-potongan yang diperkuat oleh revolusi intelektual yang kasar. Dalam revolusi macam itu, satu cara pandang konseptual tersisih dan digantikan oleh yang lain. Sebuah paradigm shift merupakan perubahan cara berpikir. Ini merupakan revolusi, transformasi, semacam metamorfosis. Ini tidak akan terjadi secara ala kadarnya, karena pasti didorong oleh agen-agen perubahan yang ngotot memperjuangkan konsep barunya … Dan pandangan ini berbeda dengan keyakinan umum pada era 1960an yang memandang bahwa perkembangan ilmiah adalah evolutif, dan terbentuk melalui terakumulasinya pengetahuan. ….

Kuhn memberikan image atau konsep sains alternatif dalam outline yang ia gambarkan dalam bebeapa stage, yaitu :
Pra paradigm, Paradigma Normal Science, Krisis Revolusi.
1. Pra paradigma-Pra ilmu
Pada stage ini terdapat persetujuan yang kecil bahkan tidak ada persetujuan tentang subjeck matter, problem-problem dan prosedur di antara para ilmuwan yang bersaing, karena tidak adanya suatu pandangan tersendiri yang diterima oleh semua ilmuan tentang suatu teori (fenomena), maka aktivitas-aktivitas ilmiah pada stage ini dilakukan secara terpisah dan tidak terorganisir. Sejumlah aliran yang bersaing, kebanyakan diantara mereka mendukung satu atau lain varian dalam teori tertentu, misalnya tentang sifat cahaya. Teori Epicurus, teori Aristoteles, atau teori Plato, satu kelompok menganggap cahaya sebagai partikel-partikel yang keluar dari benda-benda yang berwujud; bagi yang lain cahaya adalah modifikasi dari medium yang menghalang di antara benda itu dan mata; yang lain lagi menerangkan cahaya sebagai interaksi antara med
ium dan yang dikeluarkan oleh mata; di samping itu ada kombinasi dan modifikasi lain yang masing-masing aliran mendukung teorinya sendiri-sendiri. Sehingga sejumlah teori boleh dikatakan ada sebanyak jumlah pelaksanaannya di lapangan dan setiap ahli teori itu merasa wajib memulai dengan yang baru dan membenarkan pendekatannya sendiri.
Walaupun aktifitas ilmiah masing-masing aliran tersebut dilakukan secara terpisah,
tidak terorganisir sesuai dengan pandangan yang dianut halini tetap memberikan sumbangan yang penting kepada jumlah konsep, gejala, teknik yang dari padanya suatu paradigma tunggal akan diterima oleh semua aliran-aliran ilmuan tersebut, dan ketika paradigma tunggal diterima, maka jalan menuju normal science mulai ditemukan.
Dengan kemampuan paradigma dalam membanding penyelidikan, menentukan teknik memecahkan masalah, dan prosedur-prosedur riset, maka ia dapat menerima (mengatasi) ketergantungan observasi pada teori.
2. Paradigma normal science
Para stage ini, tidak terdapat sengketa pendapat mengenai hal-hal fundamental di antara para ilmuan sehingga paradigma tunggal diterima oleh semuanya. Dan hal inilah merupakan ciri yang membedakan antara normal science dan pra science. Paradigma tunggal yang telah diterima tersebut dilindungi dari kritik dan falsifikasi sehingga ia tahan dari berbagai kritik dan falsifikasi.
Paradigma yang membimbing eksperimen atau riset ilmiah tersebut memungkiri adanya definisi yang ketat, meskipun demkian, didalam paradigma tersebut tercakup :
Beberapa komponen tipikal yang secara eksplisit akan mengemukakan hukum-hukum dan asumsi-asumsi teoritis. Dengan demikiann, hukum “gerak” Newton membentuk sebagian paradigma Newtonian. Dan hukum “persamaan” Maxwell merupakan sebagian paradigma yang telah membentuk teori elektromagnetik klasik.
Beberapa cara yang baku dalam penggunaan hukum-hukum fundamental untuk berbagai tipe situasi.
Beberapa instrumentasi dan teknik-tekniknya yang diperlukan untuk membuat agar hukum-hukum paradigma itu dapat bertahan dalam dunia nyata dan di dalam paradigma itu sendiri.
Beberapa prinsip metafisis yang sangat umum yang membimbing pekerjaan di dalam suatu paradigma.
Bebrapa keterangan metodologis yang sangat umum yang memberikan cara pemecahan teka-teki science.
Normal science melibatkan usaha terperinci dan terorganisir untuk menjabarkan paradigma dengan tujuan memperbaiki imbangannya dengan alam (fenomena) dengan memecahkan teka-teki science, baik teka-teki teoritis maupun teka-teki eksperimental. Teka-teki teoritis (dalam paradigma Newtonian) meliputi perencanaan teknik matematik untuk menangani gerak suatu planet yang tergantung pada beberapa gaya tarik dan mengembangkan asumsi yang sesuai untuk penterapan hukum Newton pada benda cair. Teka-teki eksperimental meliputi perbaikan keakuratan observasi dan pengembangan teknik eksperimen sehingga mampu menghasilkan pengukuran yang dapat dipercaya



Sebuah Ringkasan

Dalam masyarakat hari ini, kita semua menyaksikan perubahan besar sudah. Ketika kita melihat kembali pada "tandingan" (informasi lebih lanjut di sini: beda), kita menelusuri beberapa sumber dengan definisi dari "Pergeseran Paradigma."

Selama era tandingan (1960-1970-an), generasi muda menentang otoritas dan sangat bertentangan dengan sistem kepercayaan yang diterima masyarakat dan standar hidup. Dalam gerakan tandingan (dipicu oleh Perang Vietnam), konservatif sosial dianggap "repressionists sosial."

Paradigma Shift mencerahkan meledak menjadi ide-ide inovatif tentang agama, masyarakat dan spiritualitas, meskipun ideologi Barat tradisional.

Dalam masyarakat hari ini, kita melihat pergeseran ke arah pandangan yang lebih buta-oppresionistic; berkembang biak oleh sensor. Para juxtapositions ironis antara Pergeseran Paradigma hampir setengah abad yang lalu dan pemuda hari masyarakat adalah penyataan mengerikan.

Pemuda oposisi terhadap otoritas tidak mungkin selalu dalam kepentingan terbaik manusia, namun, itu adalah pergeseran Paradigma yang menyebabkan perubahan revolutional yang meningkatkan ketegangan rasial dan hubungan, membuka jalur komunikasi ke negara-negara luar, dan mengakhiri Perang Vietnam.

Hasil akhirnya mencakup berbagai derajat transformasi negatif dan positif yang memungkinkan orang untuk membuka hati dan pikiran mereka untuk keragaman multikultural, dan dipromosikan kebebasan dan kebebasan - pada sisi lain dari pergeseran, ada peningkatan pergaulan, tingkat perceraian yang lebih tinggi, penggunaan obat yang lebih tinggi , dan memaksakan pandangan sosialistis dan aplikasi sistem kesejahteraan.



Menurut saya, paradigm shift memang benar pergeseran paradigm. Dan yang dimaksud dengan pergeseran paradigma menurut saya adalah perubahan cara pandang dari suatu cara pandang individu/kelompok ke cara pandang yang lain dengan adanya suatu perubahan pandangan individu/kelompok tersebut.
Suatu perubahan pandangan seseorang/kelompok dapat dikatakan bisa dirubah, tergantung dari sikap/sifat suatu individu/kelompok tersebut untuk merubah cara pandang mereka. Dan dapat juga dikatakan tidak bisa karena tergantung sifat/sikap suatu individu/kelompok tersebut . sebenarnya pergeseran paradigma itu tidak selalu bernilai positif atau negative, karena tergantung dari cara kita melihat dari sisi mana kita meilhat pergeseran paradigm/cara pandang  tersebut.
Dan dapat dikatakan juga pergeseran paradigma itu terjadi karena suatu pandangan yang berkaitan menjadi satu dan terjadi sebuah konflik atau kekerasan yang membuat suatu pandangan itu digantikan oleh pandangan lain yang dapat diterima oleh suatu individu/kelompok.
Jika dilihat dari segi positif pergeseran paradigma dapat membuat suatu cara pandang menjadi lebih kuat,kokoh, dan lebih dapat diterima di individu/kelompok, tetapi jika kita lihat dari segi negative nya pergeseran paradigma dapat membuat cara pandang tersebut menjadi kurang dapat diterima,membuat konflik cara pandang suatu individu/kelompok yang datu dengan yang lainnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar