Rabu, 26 November 2014

Teknologi Terkait Antarmuka Telematika

     Sebelum membahas tentang teknologi yang terkait dengan antar muka telematika, ada baiknya terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan antar muka (interface). Pengertian antarmuka ( interface) adalah salah satu layanan yang disediakan sistem operasi sebagai sarana interaksi antara pengguna dengan sistem operasi. Antarmuka (interface) adalah komponen sistem operasi yang bersentuhan langsung dengan pengguna.

      Telematika dapat diartikan dengan secara singkat tele = telekomunikasi, ma = multimedia, dan tika = informatika.  Jadi jika kita gabung akan menjadi “telekomunikasi, multimedia dan informatika.S ecara umum telematika merupakan bertemunya sistem jaringan komunikasi dengan teknologi informasi. Jadi, interface telematika adalah atribut sensor dari pertemuan sistem jaringan komunikasi dan teknologi informasi yang berhubungan dengan pengoperasian oleh pengguna.

      Terdapat 6 macam fitur Teknologi yang terkait antar muka telematika. Fitur-fitur itu antara lain:

1. Head Up Display (HUD)
    Head Up Display merupakan sebuah tampilan transparan yang menampilkan data tanpa mengharuskan penggunanya untuk melihat ke arah yang lain dari sudut pandang biasanya. Asal nama dari alat ini yaitu pengguna dapat melihat informasi dengan kepala yang terangkat (head up) dan melihat ke arah depan daripada melihat ke arah bawah bagian instrumen. Walaupun HUD dibuat untuk kepentingan penerbangan militer, sekarang HUD telah digunakan pada penerbangan sipil, kendaraang bermotor dan aplikasi lainnya.
     Teknologi ini pada awalnya digunakan pada bidang militer saja, seperti penggunaan pada pesawat tempur berikut ini:



    Kini teknologi Head Up Display (HUD) juga diterapkan oleh industri otomotif di dunia, dan BMW menjadi pabrikan otomotif pertama yang meluncurkan produk massal dengan teknologi HUD di kaca depannya. Teknologi ini tak hanya memberi kenyamanan bagi pengemudi, melainkan juga keselamatan berkendara.
     Pada saat mengemudi, seseorang dihadapkan pada banyak hal yang bisa berakibat pada berkurangnya perhatian terhadap situasi lalu-lintas. Umpamanya, pada saat memutar musik, mendengarkan radio, bercakap-cakap dengan penumpang, bahkan ketika pengemudi sekadar mengalihkan pandangannya ke arah dasbor. Perlu waktu satu detik bagi seorang pengemudi untuk melirik indikator kecepatan pada dasbor. Padahal dengan waktu satu detik pula, mobil pada kecepatan 50 kilometer per jam bisa meluncur sejauh 50 kaki.
     Fakta lapangan seperti itulah yang mendasari industri otomotif terus berupaya meminimalkan resiko, dengan menciptakan sistem kontrol. Salah satunya, dengan Head-Up Display (HUD), yang memiliki prospek menjanjikan. Itu karena HUD mampu menampilkan informasi penting pada kaca depan, langsung pada area pandang pengemudi, hingga ia tak perlu lagi menunduk atau celingukan mengalihkan pandangannya dari jalan di depannya. Dengan memanfaatkan proyektor laser (laser projector), diharapkan kaca mobil depan nantinya bisa berfungsi sebagai layar monitor yang bisa menampilkan berbagai informasi berguna bagi pengendara.

2. Tangible User Interface(TUI)
    Tangible User Interface merupakan suatu antarmuka yang memungkinkan seseorang bisa berinteraksi dengan suatu informasi digital lewat lingkungan fisik. Salah satu perintis TUI ialah Hiroshi Ishii, seorang profesor di Laboratorium Media MIT yang memimpin Tangible Media Group. Pandangan yang istimewanya untuk tangible UI disebut tangible bits, yaitu memberikan bentuk fisik kepada informasi digital sehingga membuat bit dapat dimanipulasi dan diamati secara langsung.
    Sebuah contoh nyata adalah Marmer UI Answering Machine oleh Durrell Uskup (1992). Sebuah kelereng mewakili satu pesan yang ditinggalkan di mesin penjawab. Menjatuhkan marmer ke piring diputar kembali pesan atau panggilan terkait kembali pemanggil.
    Contoh lain adalah sistem Topobo. Balok-balok dalam LEGO Topobo seperti blok yang dapat bentak bersama, tetapi juga dapat bergerak sendiri menggunakan komponen bermotor. Seseorang bisa mendorong, menarik, dan memutar blok tersebut, dan blok dapat menghapal gerakan-gerakan ini dan diulang mereka.



3. Computer Vision
    Computer Vision merupakan ilmu pengetahuan dan teknologi dari mesin yang melihat. Dalam aturan pengetahuan, komputer visi berhubungan dengan teori yang digunakan untuk membangun sistem kecerdasan buatan yang membutuhkan informasi dari citra (gambar). Data citranya dapat dalam berbagai bentuk, misalnya urutan video, pandangan deri beberapa kamera, data multi dimensi yang di dapat dari hasil pemindaian medis.
    Computer Vision berusaha untuk menerapkan teori dan model untuk pembangunan sistem visi komputer. Contoh aplikasi dari visi komputer mencakup sistem untuk:

Pengendalian proses (misalnya, sebuah robot industri atau kendaraan otomatis).
Mendeteksi peristiwa (misalnya, untuk pengawasan visual atau menghitung orang).
Mengorganisir informasi (misalnya, untuk pengindeksan database foto dan gambar urutan).
Modeling benda atau lingkungan (misalnya, inspeksi industri, analisis citra medis atau model topografi).
Interaksi (misalnya, sebagai input ke perangkat untuk interaksi manusia komputer).




4. Browsing Audio Data
    Browsing Audio Data merupakan metode browsing jaringan yang digunakan untuk browsing video / audio data yang ditangkap oleh sebuah IP kamera.
    Jaringan video / audio metode browsing mencakupi langkah-langkah sebagai berikut :
Menjalankan sebuah program aplikasi komputer lokal untuk mendapatkan kode identifikasi yang disimpan dalam kamera IP Transmisi untuk mendaftarkan kode identifikasi ke DDNS ( Dynamic Domain Name Server) oleh program aplikasi Mendapatkan kamera IP pribadi alamat dan alamat server pribadi sehingga pasangan IP kamera dan kontrol kamera IP melalui kamera IP pribadi alamat dan alamat server pribadi compile ke layanan server melalui alamat server pribadi sehingga untuk mendapatkan video / audio data yang ditangkap oleh kamera IP, dimana server layanan menangkap video / audio data melalui Internet.
   Sebagai kemajuan teknologi jaringan, semakin banyak diterapkan jaringan produk yang dibuat-buat terus-menerus. Salah satu yang paling umum diterapkan jaringan yang dikenal adalah produk kamera IP, yang dapat menampilkan isi (video / audio data) melalui Internet. Kamera IP biasanya terhubung ke jaringan melalui router, dan memiliki sebuah IP (Internet Protocol) address setelah operasi sambungan.

5. Speech Recognition
    Sistem ini dikenal juga dengan pengenal suara otomatis (automatic speech recognition) atau pengenal suara komputer (computer speech recognition). Merupakan salah satu fitur antarmuka telematika yang merubah suara menjadi tulisan. Istilah ‘voice recognition’ terkadang digunakan untuk menunjuk ke speech recognition dimana sistem pengenal dilatih untuk menjadi pembicara istimewa, seperti pada kasus perangkat lunak untuk komputer pribadi, oleh karena itu disana terdapat aspek dari pengenal pembicara, dimana digunakan untuk mengenali siapa orang yang berbicara, untuk mengenali lebih baik apa yang orang itu bicarakan. Speech recognition merupakan istilah masukan yang berarti dapat mengartikan pembicaraan siapa saja.




6.  Speech Synthesis
     Speech synthesis merupakan hasil kecerdasan buatan dari pembicaraan manusia. Komputer yang digunakan untuk tujuan ini disebut speech syhthesizer dan dapat diterapkan pada perangkat lunak dan perangkat keras. Sebuah sistem text to speech (TTS) merubah bahasa normal menjadi pembicaraan.





Sumber:
1. http://en.wikipedia.org/wiki/Computer_vision
2. http://allofmae.blogspot.com/2009/12/definisi-antar-muka.html,

3. http://bahasapersatuan.wordpress.com/2010/11/10/teknologi-yang-terkait-antarmuka-telematika/

Indonesia

Republik Indonesia, disingkat RI atau Indonesia, adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negarakepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau,[5] nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara.[6] Dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010,[7] Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 207 juta jiwa,[8] meskipun secara resmi bukanlahnegara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerahdan Presiden yang dipilih langsung.Ibu kota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini diPulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor (mantan bagian provinsi dari Indonesia). Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Melayu dan Papua di mana bangsa Melayu yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Berdasarkan bangsa yang lebih spesifik, suku bangsa Jawaadalah suku bangsa yang termasuk dalam rumpun bangsa Melayu Deutero dan terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh penduduk Indonesia.[9] Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.Indonesia juga anggota dari PBB dan satu-satunya anggota yang pernah keluar dari PBB, yaitu pada tanggal 7 Januari 1965, dan bergabung kembali pada tanggal 28 September 1966 dan Indonesia tetap dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak bergabungnya Indonesia pada tanggal 28 September 1950. Selain PBB, Indonesia juga merupakan anggota dari ASEAN, APEC, OKI, G-20 dan akan menjadi anggota dari OECD.
Nusantara
Nusantara merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan wilayah kepulauan yang membentang dari Sumaterasampai Papua. Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16) untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang dianut Majapahit. Setelah sempat terlupakan, pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara[1] sebagai salah satu nama alternatif untuk negara merdeka pelanjut Hindia Belanda yang belum terwujud. Ketika penggunaan nama "Indonesia" (berarti Kepulauan Hindia) disetujui untuk dipakai untuk ide itu, kata Nusantara tetap dipakai sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia. Pengertian ini sampai sekarang dipakai di Indonesia. Akibat perkembangan politik selanjutnya, istilah ini kemudian dipakai pula untuk menggambarkan kesatuangeografi-antropologi kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australia, termasuk Semenanjung Malaya namun biasanya tidak mencakup Filipina. Dalam pengertian terakhir ini, Nusantara merupakan padanan bagi Kepulauan Melayu(Malay Archipelago), suatu istilah yang populer pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, terutama dalam literatur berbahasa Inggris

Nusantara dalam konsep kenegaraan Jawa Majapahit

Wilayah Majapahit
Dalam konsep kenegaraan Jawa di abad ke-13 hingga ke-15, raja adalah "Raja-Dewa": raja yang memerintah adalah juga penjelmaan dewa. Karena itu, daerah kekuasaannya memancarkan konsep kekuasaan seorang dewa. Kerajaan Majapahit dapat dipakai sebagai teladan. Negara dibagi menjadi tiga bagian wilayah:
Kerajaan majapahit

Negara Agung merupakan daerah sekeliling ibu kota kerajaan tempat raja memerintah.
Mancanegara adalah daerah-daerah di Pulau Jawa dan sekitar yang budayanya masih mirip dengan Negara Agung, tetapi sudah berada di "daerah perbatasan". Dilihat dari sudut pandang ini, Madura dan Bali adalah daerah "mancanegara". Lampung dan juga Palembang juga dianggap daerah "mancanegara".
Nusantara, yang berarti "pulau lain" (di luar Jawa)[2] adalah daerah di luar pengaruh budaya Jawa tetapi masih diklaim sebagai daerah taklukan: para penguasanya harus membayar upeti.
Gajah Mada menyatakan dalam Sumpah Palapa: Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukita palapa, sira Gajah Mada : Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa.

Terjemahannya adalah: "Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah mengalahkan pulau-pulau lain, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".

Kitab Negarakertagama mencantumkan wilayah-wilayah "Nusantara", yang pada masa sekarang dapat dikatakan mencakup sebagian besar wilayah modern Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya, sebagian Kepulauan Maluku, dan Papua Barat) ditambah wilayah Malaysia, Singapura, Brunei dan sebagian kecil Filipina bagian selatan. Secara morfologi, kata ini adalah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa Kuna nusa ("pulau") dan antara (lain/seberang).
Tarian di Indonesia
Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri; Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni yang dijalankan pemerintah
.

Untuk keperluan penggolongan, seni tari di Indonesia dapat digolongkan ke dalam berbagai kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga era: era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan era Islam. Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, dapat terbagi dalam dua kelompok, tari keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat yang tumbuh dari rakyat kebanyakan. Berdasarkan tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam dua kelompok; tari tradisional dan tari kontemporer.

Tari bercorak prasejarah atau tari suku pedalaman

Tari perang Papua dari Kabupaten Kepulauan Yapen.

Tari Kabasaran, Minahasa Sulawesi Utara.
Sebelum bersentuhan dengan pengaruh asing, suku bangsa di kepulauan Indonesia sudah mengembangkan seni tarinya tersendiri, hal ini tampak pada berbagai suku bangsa yang bertahan dari pengaruh luar dan memilih hidup sederhana di pedalaman, misalnya di Sumatera (Suku Batak, Nias, Mentawai), di Kalimantan (Suku Dayak, Punan, Iban), di Jawa (Suku Baduy), di Sulawesi (Suku Toraja, Suku Minahasa), di Kepulauan Maluku dan di Papua (Dani, Asmat, Amungme).

Banyak ahli antropologi percaya bahwa tarian di Indonesia berawal dari gerakan ritual dan upacara keagamaan.[2] Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan atau mengusir penyakit, tarian untuk memanggil hujan, dan berbagai jenis tarian yang berkaitan dengan pertanian seperti tari Hudoq dalam suku Dayak. Tarian lain diilhami oleh alam, misalnya Tari Merak dari Jawa Barat. Tarian jenis purba ini biasanya menampilkan gerakan berulang-ulang seperti tari Tor-Tor dalam suku Batak yang berasal dari Sumatera Utara. Tarian ini juga bermaksud untuk membangkitkan roh atau jiwa yang tersembunyi dalam diri manusia, juga dimaksudkan untuk menenangkan dan menyenangkan roh-roh tersebut. Beberapa tarian melibatkan kondisi mental seperti kesurupan yang dianggap sebagai penyaluran roh ke dalam tubuh penari yang menari dan bergerak di luar kesadarannya. Tari Sanghyang Dedari adalah suci tarian istimewa di Bali, dimana gadis yang belum beranjak dewasa menari dalam kondisi mental tidak sadar yang dipercaya dirasuki roh suci. Tarian ini bermaksud mengusir roh-roh jahat dari sekitar desa. Tari Kuda Lumping dan tari keris juga melibatkan kondisi kesurupan.

Tari bercorak Hindu-Buddha

Lakshmana, Rama dan Shinta dalam sendratari Ramayana di Prambanan, Jawa.
Dengan diterimanya agama dharma di Indonesia, Hinduisme dan Buddhisme dirayakan dalam berbagai ritual suci dan seni. Kisah epik Hindu seperti Ramayana, Mahabharata dan juga Panji menjadi ilham untuk ditampilkan dalam tari-drama yang disebut "Sendratari" menyerupai "ballet" dalam tradisi barat. Suatu metode tari yang rumit dan sangat bergaya diciptakan dan tetap lestari hingga kini, terutama di pulau Jawa dan Bali. Sendratari Jawa Ramayana dipentaskan secara rutin di Candi Prambanan, Yogyakarta; sementara sendratari yang bertema sama dalam versi Bali dipentaskan di berbagai Pura di seluruh pulau Bali. Tarian Jawa Wayang orang mengambil cuplikan dari episode Ramayana atau Mahabharata. Akan tetapi tarian ini sangat berbeda dengan versi India. Meskipun sikap tubuh dan tangan tetap dianggap penting, tarian Indonesia tidak menaruh perhatian penting terhadap mudra sebagaimana tarian India: bahkan lebih menampilkan bentuk lokal. Tari keraton Jawa menekankan kepada keanggunan dan gerakannya yang lambat dan lemah gemulai, sementara tarian Bali lebih dinamis dan ekspresif. Tari ritual suci Jawa Bedhaya dipercaya berasal dari masa Majapahit pada abad ke-14 bahkan lebih awal, tari ini berasal dari tari ritual yang dilakukan oleh gadis perawan untuk memuja Dewa-dewa Hindu seperti Shiwa, Brahma, dan Wishnu.

Di Bali, tarian telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual suci Hindu Dharma. Beberapa ahli percaya bahwa tari Bali berasal dari tradisi tari yang lebih tua dari Jawa. Relief dari candi di Jawa Timur dari abad ke-14 menampilkan mahkota dan hiasan kepala yang serupa dengan hiasan kepala yang digunakan di tari Bali kini. Hal ini menampilkan kesinambungan tradisi yang luar biasa yang tak terputus selama sedikitnya 600 tahun. Beberapa tari sakral dan suci hanya boleh dipergelarkan pada upacara keagamaan tertentu. Masing-masing tari Bali memiliki kegunaan tersendiri, mulai dari tari suci untuk ritual keagamaan yang hanya boleh ditarikan di dalam pura, tari yang menceritakan kisah dan legenda populer, hingga tari penyambutan dan penghormatan kepada tamu seperti tari pendet. Tari topeng juga sangat populer di Jawa dan Bali, umumnya mengambil kisah cerita Panji yang dapat dirunut berasal dari sejarah Kerajaan Kediri abad ke-12. Jenis tari topeng yang terkenal adalah tari topeng Cirebon dan topeng Bali.

Tari bercorak Islam

Tari Saman dari Aceh.
Sebagai agama yang datang kemudian, Agama Islam mulai masuk ke kepulauan Nusantara ketika tarian asli dan tarian dharma masih populer. Seniman dan penari masih menggunakan gaya dari era sebelumnya, menganti kisah cerita yang lebih berpenafsiran Islam dan busana yang lebih tertutup sesuai ajaran Islam. Pergantian ini sangat jelas dalam Tari Persembahan dari Jambi. Penari masih dihiasi perhiasan emas yang rumit dan raya seperti pada masa Hindu-Buddha, tetapi pakaiannya lebih tertutup sesuai etika kesopanan berbusana dalam ajaran Islam.

Era baru ini membawa gaya baru dalam seni tari: Tari Zapin Melayu dan Tari Saman Aceh menerapkan gaya tari dan musik bernuansa Arabia dan Persia, digabungkan dengan gaya lokal menampilkan generasi baru tarian era Islam. Digunakan pula alat musik khas Arab dan Persia, seperti rebana, tambur, dan gendang yang menjadi alat musik utama dalam tarian bernuansa Islam, begitu pula senandung nyanyian pengiring tarian yang mengutip doa-doa Islami.

Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Tarian_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Nusantara

Selasa, 21 Oktober 2014

Seputar kampus gunadarma

Nama Universitas Gunadarma, mungkin sangat asing di telinga orang awam yang hany tau universitas tenar yang ada di sekitaran kota Bandung dan Jakarta, mungkin perasaan itu yang sempat menghinggapi saya. tapi toh akhirnya saya bisa masuk dan melanjutkan kuliah di universitas itu, mungkin bagi anda yang masih awam inilah sekelumit singkat tentang sejarah berdirinya Universitas Gunadarma ini :
7 Agustus 1981 – Sekelompok ahli ilmu komputer di Indonesia mendirikan pusat pendidikan komputer yang berbentuk akademik dengan nama Akademi Sains dan Komputer.
10 Agustus 1981 – Kuliah pertama Akademi Sains dan Komputer diikuti oleh 94 orang mahasiswa.
10 Juli 1984 – Secara resmi wadah akademi ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Komputer Gunadarma (STKG) – sebuah nama yang memiliki 2 arti :
Nama arsitek ternama yang membangun candi Borobudur.
Mencerminkan bakti kepada masyarakat dalam wujud guna dan darma
9 Maret 1985 – Peletakan batu pertama pembangunan gedung kampus baru STKG Gunadarma dengan areal seluas 1 hektar di kawasan Srengseng, Pondok Cina, Depok.
5 Oktober 1985 – Status terdaftar diperoleh STMIK Gunadarma melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0424/0/1985 dimana STMIK Gunadarma mengasuh dua jenjang pendidikan yaitu Program Pendidikan Strata Satu (S1) dan Strata Nol (D3), sedang jurusan yang dimiliki adalah jurusan Manajemen Informatika dan Teknik Komputer.
5 Januari 1987 – Peresmian kampus baru STMIK Gunadarma yang terletak di Srengseng, Pondok Cina, Depok.
24 Januari 1987 – Wisuda perdana STMIK Gunadarma yang diikuti oleh 10 orang Sarjana Komputer bertempat di Balai Sidang Senayan, Jakarta.
16-23 Juni 1987 – STMIK Gunadarma menjadi Perguruan Tinggi Swasta pertama di Indonesia yang mengikuti ujian negara dengan sistem kredit semester. Lulusnya seorang mahasiswa Gunadarma dalam ujian negara berarti ia akan memperoleh Ijazah Sarjana Komputer Negara yang nilainya sama dengan ijazah Sarjana Perguruan Tinggi Negeri.
26 September 1987 – STMIK Gunadarma menerima bantuan resmi dari presiden berupa seperangkat komputer mini MICROVAX II.
4 Januari 1988 – Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.006/0/1988 STMIK Gunadarma memperoleh status diakui, status tertinggi untuk sekolah tinggi komputer saat itu.
20-30 Maret 1989 – STMIK Gunadarma mengadakan Open House ’89 dan seminar dengan tema “Pengembangan Aplikasi Komputer” yang dibuka oleh Direktur Perguruan Tinggi Swasta Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Prof.Dr.Yuhara Sukra.
12 Agustus 1989 – Status disamakan diberikan kepada Jurusan Manajemen Informatika dan Teknik Komputer STMIK Gunadarma melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0490/0/1989.
7 September 1989 – Status terdaftar diberikan kepada Jurusan Teknik Informatika STMIK Gunadarma melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0581/0/1989.
19 Maret 1991 – Status diakui diberikan kepada Jurusan Teknik Informatika STMIK Gunadarma Jenjang S1, melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0354/0/1991.
19 Maret 1992 – Status disamakan diberikan kepada Jurusan Teknik Informatika STMIK Gunadarma jenjang S1, melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendididkan dan Kebudayaan No.58/DIKTI/Kep 92.
10 Mei 1993 – STMIK Gunadarma terakreditasi berdasarkan SK Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No.263/DIKTI/Kep/1993 untuk menyelenggarakan program pendidikan Pasca Sarjana dibidang Sistem Informasi.
3 April 1996 – STMIK dan STIE Gunadarma dikukuhkan menjadi Universitas Gunadarma berdasarkan SK Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No. 92/Kep/Dikti/1996, (tetapi masih menerapkan ujian negara)dengan menaungi enam buah fakultas.
sumber sejarah : http://kesuksesanmendatang.blogspot.com/2010/11/asal-usul-seharah-universitas-gunadarma.html,

Definisi, Perkembangan & Trend Masa Depan Telematika


A. Definisi Telematika
     Telematika merupakan adopsi dari bahasa Prancis yang sebenarnya adalah “TELEMATIQUE” yang kurang lebih dapat diartikan sebagai bertemunya sistem jaringan komunikasi dengan teknologi informasi. Istilah Teknologi Informasi itu sendiri merujuk pada perkembangan teknologi perangkat-perangkat pengolah informasi. Perkembangan ini memicu perkembangan teknologi telekomunikasi dan informatika menjadi semakin terpadu atau populer dengan istilah konvergensi. Semula Media masih belum menjadi bagian integral dari isu konvergensi teknologi informasi dan komunikasi pada saat itu.
     Belakangan baru disadari bahwa penggunaan sistem komputer dan sistem komunikasi ternyata juga menghadirkan Media Komunikasi baru. Lebih jauh lagi istilah TELEMATIKA kemudian merujuk pada perkembangan konvergensi antara teknologi telekomunikasi, media dan informatika yang semula masing-masing berkembang secara terpisah. Konvergensi TELEMATIKA kemudian dipahami sebagai sistem elektronik berbasiskan teknologi digital atau {the Net}.
     Istilah telematika sering dipakai untuk beberapa macam bidang, sebagai contoh adalah:

Integrasi antara sistem telekomunikasi dan informatika yang dikenal sebagai Teknologi Komunikasi dan Informatika atau ICT (Information and Communications Technology). Secara lebih spesifik, ICT merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengiriman, penerimaan dan penyimpanan informasi dengan menggunakan peralatan telekomunikasi.
Secara umum, istilah telematika dipakai juga untuk teknologi Sistem Navigasi/Penempatan Global atau GPS (Global Positioning System) sebagai bagian integral dari komputer dan teknologi komunikasi berpindah (mobile communication technology).
Secara lebih spesifik, istilah telematika dipakai untuk bidang kendaraan dan lalu lintas (road vehicles dan vehicle telematics).

     Berbagai macam bentuk yang menjadi dampak penggunaan telematika merebak luas pada masyarakat. Dampak ini akan memunculkan dan merubah pola kehidupan, bekerja, berusaha bahkan merubah falsafah pada bidang-bidang tertentu. Dampak yang pasti adalah akan terjadinya perubahan minat bekerja yang lebih efisien dalam arti benefit to cost ratio, efektif dalam arti kualitas produk, jasa, dan pemerataan distribusi produk jasa kepada masyarakat. Dampak yang akan muncul penggunaan telematika baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu :
Penghematan transportasi dan bahan bakar.
Menghindarkan jam-jam yang tidak produktif menjadi lebih produktif.
Mengembangkan konsep kegiatan tersebar secara merata ke seluruh daerah.
Menyuguhkan banyak pilihan sarana telekomunikasi.

B. Perkembangan Telematika
   Dalam perkembangannya istilah Media dalam Telematika berkembang menjadi wacana Multimedia. Hal ini sedikit membingungkan masyarakat, karena istilah Multimedia semula hanya merujuk pada kemampuan sistem komputer untuk mengolah informasi dalam berbagai medium. Adalah suatu ambiguitas jika istilah Telematika dipahami sebagai akronim Telekomunikasi, Multimedia dan Informatika. Secara garis besar istilah Teknologi Informasi (TI), Telematika, Multimedia, maupun Information and Communication Technologies (ICT) mungkin tidak jauh berbeda maknanya, namun sebagai definisi sangat tergantung kepada lingkup dan sudut pandang pengkajiannya.
  
Perkembangan Telematika Di Indonesia
     Peristiwa proklamasi 1945 membawa perubahan yang bagi masyarakat Indonesia, dan sekaligus menempatkannya pada situasi krisis jati diri. Krisis ini terjadi karena Indonesia sebagai sebuah negara belum memiliki perangkat sosial, hukum, dan tradisi yang mapan. Situasi itu menjadi ‘bahan bakar’ bagi upaya-upaya pembangunan karakter bangsa di tahun 50-an dan 60-an. Di awal 70-an, ketika kepemimpinan soeharto, orientasi pembangunan bangsa digeser ke arah ekonomi, sementara proses – proses yang dirintis sejak tahun 50-an belum mencapai tingkat kematangan.
    Dalam latar belakang sosial demikianlah telekomunikasi dan informasi, mul

Rabu, 02 Juli 2014

Paragraf Induktif

Paragraf Induktif

Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan kalimat yang berisi penjelasan- penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat utama.

Paragraf Induktif sendiri dibagi menjadi 3 yaitu :

1. generalisasi
adalah suatu pola pengembangan paragraf yang bertolak dari sejumlah fakta khusus yang memiliki kemiripan menuju sebuah kesimpulan. Kesimpulan generalisasi didahului dengan penalaran generalisasi. Penalaran generalisasi pun dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf. caranya penulis lebih dulu menyajikan sejumlah peristiwa khusus dalam bentuk kalimat.Kemudian pada bagian akhir paragraf itu diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa khusus yang telah disebutkan pada bagian awal. Kalimat terakhir biasanya berisi gagasan utama paragraf.

2. Analogi 
merupakan pola penyusunan paragraf berupa perbandingan dari dua hal yang mempunyai sifat sama.
Pengembangan paragraf secara analogi ini didasarkan adanya anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam hal yang lain.

3. Hubungan Kausal 
Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan beberapa fakta yang mempunyai pola hubungan sebab-akibat.


Contoh Paragraf Induktif :
Banyak pedagang kaki lima yang entah bagaimana awalnya, seperti mengelompokkan diri hanya dengan menjual jenis barang tertentu di sebuah trotoar tertentu. Selanjutnya, tampillah trotoar tersebut sebagai etalase khusus. Bahkan, banyak barang khas trotoar terkenal di Jakarta yang tidak bisa dijumpai di toko-toko resmi. Dari suasana tersebut ternyata banyak trotoar yang akhirnya menjadi terkenal karena penampilanya yang khas.

Referensi: http://www.uklis.net/2013/11/pengertian-dan-contoh-paragraf-induktif.html

Rabu, 25 Juni 2014

Karya Ilmiah

Karya ilmiah (bahasa Inggrisscientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalahlaporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian
Bentuk Karya Ilmiah
Dalam karya ilmiah dikenal antara lain berbentuk makalah, report atau laporan ilmiah yang dibukukan, dan buku ilmiah.

1. Karya Ilmiah Berbentuk Makalah
Makalah pada umumnya disusun untuk penulisan didalam publikasi ilmiah, misalnya jurnal ilmu pengetahuan, proceeding untuk seminar bulletin, atau majalah ilmu pengetahuan dan sebagainya. Maka ciri pokok makalah adalah singkat, hanya pokok-pokok saja dan tanpa daftar isi.

2. Karya Ilmiah Berbentuk Report/ Laporan Ilmiah Yang Dibukukan
Karya ilmiah jenis ini biasanya ditulis untuk melaporkan hasil-hasil penelitian, observasi, atau survey yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang. Laporan ilmiah yang menjadi persyaratan akademis di perguruan tinggi biasanya disebut Skripsi, yang biasanya dijadikan persyaratan untuk karya ilmiah jenjang S1, Tesis untuk jenjang S2, dan Disertasi untuk jenjang S3.

3. Buku Ilmiah
Buku ilmiah adalah karya ilmiah yang tersusun dan tercetak dalam bentuk buku oleh sebuah penerbit buku umum untuk dijual secara komersial di pasaran. Buku ilmiah dapat berisi pelajaran khusus sampai ilmu pengetahuan umum yang lain.

Ciri-Ciri Karya Ilmiah

1. Struktur Sajian

Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

2. Komponen dan Substansi

Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

3. Sikap Penulis

Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

4. Penggunaan Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Macam-Macam Karya Ilmiah

1. Skripsi; adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung, observasi lapangan / penelitian di laboratorium, ataupun studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

2. Tesis; adalah jenis karya tulis dari hasil studi sistematis atas masalah. Tesis mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu dengan menunjukkan pemikiran yang bebas dan kritis. Penulisannya baku dan tesis dipertahankan dalam sidang. Tesis juga bersifat argumentative dan dihasilkan dari suatu proses penelitian yang memiliki bobot orisinalitas tertentu.

3. Disertasi; adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program S3 ilmu pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu pendidikan.

Pengertian & Contoh Paragraf Deduktif

Pengertian & Contoh Paragraf Deduktif

Pengertian dari paragraf deduktif, yaitu sebuah paragraf yang berpola dari umum ke khusus, artinya paragraf yang didahului dengan kalimat umum kemudian dikembangkan dengan beberapa kalimat penjelas. Pembahasan mengenai jenis paragraf yang satu ini biasa ditemui dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, mulai dari SD hingga SMA. Contoh dari paragraf deduktif  ditemukan di berbagai penyedia artikel, seperti internet, majalah, tabloid dan koran.

          Jika digambarkan secara sederhana, format dari paragraf yang satu ini adalah : Umum - Khusus. Jadi, tentunya sangat mudah untuk membuat sebuah tulisan atau artikel dengan format deduktif, karena intisari dari informasi yang kita sajikan berada di awal paragraf dari tulisan tersebut.
Ciri-ciri Paragraf Deduktif
1. Kalimat utama berada di awal paragraf

2. Kalimat utama disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan penjelasan

Contoh Paragraf Deduktif 1
Negara adalah institusi mapan, tetapi tetap dinamis sehingga mampu mengantisipasi segala perubahan yang terjadi. Negara mewadahi seluruh kepentingan masyarakat bangsa. Ia hanya menyediakan kerangka umum yang bersifat abstrak, sehingga terbuka untuk ditafsirkan. Sementara pemerintah adalah pranata kontemporer, sebagai penyelenggara negara dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh konstitusi negara.

Contoh 2
Kebersihan sangat menjadi masalah di sekolah. Ini terjadi karena banyak murid-murid yang tidak sadar akan kebersihan. Padahal “Kebersihan adalah sebagian dari iman”.

Contoh 3
Pos kesehatan di pasar itu memang di khususkan melayani pedagang dan pembeli. Pedagang tidak akan khawatir meninggalkan dagangannya karena haanya berobat masih di kawasan pasar. Mereka dapat antre saat sepi pembeli. “Kebanyakan periksa gula darah dan rematik, mayoritas pasiennya berusia tua,” papar Siti.

Contoh 4
Maka dari itu saya sangat setuju dengan adanya kegiatan kerja bakti seminggu sekali. Karena, jika lingkungan hidup bersih maka kita juga akan sehat. Maka dari itu, kegiatan kerja bakti sangat penting di lingkungan sekolah.


cr : http://rohmatullahh.blogspot.com/2013/09/pengertian-contoh-paragraf-deduktif.html

Fenomena Golput di Indonesia

Kelompok 
Yaswidya Amandarizky Cahyanandyasmoro 17111496
Alvin Dewantara 10111632
Denny Nofyan 11111854

ABSTRAK
Pemilihan umum 2014 tinggal menghitung hari, yakini yang akan diadakan pada tanggal 9 April 2014, namun dengan tidak berjalannya sesuai harapan para legislatif terpilih pada periode sebelumnya, yaitu periode 2009 menimbulkan sifat apatis terhadap masyarakat indonesia, mereka sudah terlanjur pesimis dengan masa depan bangsa Indonesia. Menurut mereka buat apa ikut pemilu jika janji-janji yang dicanangkan oleh para caleg hanyalah untuk mengambil hati mereka hanya pada masa-masa kampanye. Namun setelah mereka terpilih janji-janji yang mereka canangkan hanyalah bualan semata. Lebih buruknya mereka mengecewakan rakyat dengan melakukan pengambilan uang rakyat(Korupsi). Berdasarkan sample penelitian yang dilakukan terhadap 25 responden berkisar antara umur 18-21 tahun yang termasuk dalam kategori untuk pertama kalinya mengikuti pemilihan umum nasional untuk periode 5 tahun sekali dihasilkan bahwa ternyata 32% dari jumlah mereka menyatakan tidak berminat mengikuti Pemilu karena sudah terlanjur apatis terhadap kinerja para wakil rakyat. Sedangkan untuk pertanyaan yang diajukan “Sudahkan anda menetapkan pilihan pada Pemilu 2014 mendatang?” ternyata sebanyak 80 % para pemilih pemula belum menentukan pilihan untuk penyelenggaraan pemilu April 2014 mendatang. Bahkan sebagian besar para pemilih pemula menganggap bahwa golput itu sah untuk dilakukan, yakni sebesar 52 % mereka menyatakan bahwa golput itu sah untuk dilakukan.









A.     PENDAHULUAN

Pemilihan Umum (Pemilu) dalam negara demokrasi sudah menjadi rutinitas dalam menentukan regenerasi kepemimpinan. Para teoretisi klasik dari Alexis Tocquiville hingga Thomas Jefferson percaya bahwa partisipasi politik, khususnya pemberian suara dalam pemilu (Voting) merupakan kunci menuju suatu pemerintahan yang demokratis. Pada momen itulah masyarakat dapat berpartisipasi dalam menentukan pemimpinnya.
Di Indonesia, sejak pasca kemerdekaan hingga sekarang, bangsa indonesia sudah melaksanakan sepuluh kali pemilu. Pemilu pertama yang diadakan tahun 1955 yang merupakan pemilu paling demokratis yang diikuti oleh banyak partai politik. Pada masa Orde Baru Pemilu diadakan sebanyak 6 kali yakni tahun 1971 yang hanya diikuti oleh 10 partai politik selanjutnya diadakan pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992, 1997 yang diikuti oleh hanya tiga partai politik. Selanjutnya setelah Orde Baru Indonesia telah melakukan 3 kali pemilu yaitu tahun 1999, 2004, dan 2009.
Namun dibalik cerita penyelenggaraan Pemilu bangsa kita yaitu pasca pemilu tahun 1955 yakni pada era 1970an terjadi isu yang dimotori oleh sebagian kaum Intelektual dan Budayawan ditengah Pemilu yang tidak jujur dan adil itu. Isu tersebut adalah gerakan moral dengan memboikot Pemilihan Umum dengan tidak menggunakan hak pilihnya  saat pemilu tiba. Kelompok ini disebut Golput(Golongan Putih)
Golput adalah adalah golongan yang secara sadar menyatakan untuk tidak memilih. Golput mulai muncul pada pemilu 1971 yang digagas oleh Arif Budiman bersama rekan-rekannya waktu itu, dia melakukan boikot atas bentuk kekecewaannya terhadap pemerintahan Soeharto, yang dianggapnya tidak demokratis dengan membatasi jumlah partai peserta pemilu yaitu hanya 3 partai politik. Dengan membatasi jumlah peserta pemilu, pemerintah sudah melanggar asas demokrasi yang paling mendasar, yakni kemerdekaan berserikat dan berpolitik
Jadi jelas bahwa golput yang digagas oleh Arif Budiman dan kawan-kawan adalah gerakan secara sadar sebagai gerakan moral sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintahdan terhadap partai-partai politik.
Fenomena golput pasca 1971 masih menunjukan eksistensinya setiap diadakannya pemilu. Pengaruh golput menjadi lebih meluas, kali ini golput muncul dengan berbagai bentuk protes yang ada dalam masyarakat. Seperti apa yang dikatakan oleh Arbi Sanit bahwa golput sudah tidak lagi merupakan gerakan protes terhadap penguasa, akan tetapi golput teelah menyatu kedalam gerakan yang bertujuan memperbaiki dan mencari alternatif dalam rangka penyempurnaan sistem politik Indonesia. Yang berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi Universal.
Kemunculan golput bertujuan untukmendorong proses demokatisasi di Indonesia dengan cara menggugat secara langsung keabsahan kekuasan rezim orde baru. Tidak hanya pelaksanaan pemilu, akan tetapi dalam pelaksanaan sistem politik yang sudah ada.
Isu golput tidak hanya terjadi pada masa Orde Baru dan Orde Lama saja yang beranggapan bahwa Pemilu pada masa itu kurang demokratis. Pada era Reformasi sekalipun ternyata sering terus ditemukan setiap kali pemilu baik pada Pemilu 1999 hingga Pemilu 2009
Pada pemilu 1999 jumlah golput mencapai 10,21%. Angka ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan pemilu-pemilu pada masa Orde Baru.  Penyebab meningkatnya jumlah golput adalah menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Hilangnya kepercayaan masyarakat pada masa ini karena pemerintahan Habibie dinilainya telah gagal dalam menyelesaikan berbagai massalah, diantaranya seperti berlarut-larutnya penuntasan kasus KKN Soeharto dan Kroni-kroninya.
Pemilu 2004 adalah pertama kalinya pemilu langsung dilaksanakan dalam sejarah Indonesia untuk memilih presiden. Pada tahun ini rakyat Indonesia mendapatkan kesempatan memilih secara langsung sesuai amandemen pasal 1 (ayat2) UUD 1945 yang menyatakan  “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan undang-undang.” Dengan kata lain saatnya rakyat Indonesia berdaulat atas kehendak dan hak-hak politiknya. Sepanjang sejarahnya, baru pada tahun 2004 bangsa Indonesia berhasil dalam mencapai keberhasilan dalam mencapai keberhasilan dalam meraih pencapain demokrasi terbesar.




















B. Metode Penelitian
Dalam penulisan jurnal ini , metode yang digunakan menggunakan berupa
pengumpulan data dari berbagai literatur. Penulis menggunakan jenis openelitian Library Research(study kepustakaan) yaitu dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pemilu 2004 dan 2009 dengan berupa buku-buku, artikel dari berbagai media, baik baik elektronik maupun cetak yang kemudia dibahas dan dianalisis lalu ditulis dalam bentuk jurnal. Analisa data dalam jurnal ini, penulis menggunakan dua metode dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu dengan mendeskripsikan dan kemudian menganalisisnya sesuai dengan temuan penulis.

















C.Pembahasan
i.Pengertian dan Jenis-jenis Golput
            Berbicara mengenai golput adalah berbicara sebuah fenomena yang selalu ramai diperbincangkan setiap kali pemilu. Realitas yang membuktikan bahwa disetiap pemilu dari mulai pemilu 1995-2004, angka pemilih yang tidak sah dan atau warga tidak menggunakan hak pilihnya selalu terus ditemukan. Apakah angka-angka tersebut masuk pada katagori golput?
Untuk itu, walaupun golput hanyalah suatu fenomena dan belum bisa dikatagorikan secara akademis, paling tidak pada bab in, penulis ingin menguraikan secara akademis, paling tidak pada bab ini, penulismenguraikan terlebih dahulu pengertian dan jenis-jenis golput itu sendiri.
Golput atau golongan putih adalah sebutan yang tidak mau menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Atau sering pula didefiniskan kepada sekelompok orang yang tidak mau memilih salah satu partai peserta pemilu. Intinya, golput adalah sebutan yang dialamatkan kepada sekelompok orang yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu untuk menentukan pemimpinannya.
Dalam literatur perilaku memilih, penjelasan golput menunjuk pada perilaku nonvotin. Perilaku nonvoting umumnya digunakan untuk merujuk pada fenomena ketidakhadiran seseorang dalam pemilu karena tidaknya motivasi.
Pada realitasnya, dalam penghitungan hasil pemilu, golput biasanya dipakai untuk menggambarkan banyak fenomena, misalnya tidak hadir, kertas suara kosong, surat suara dirusak sengaja atau surat suara rusak yang tidak disengaja. Panitia biasanya melabel terhadap surat suara tersebut dengan sebutan suara tidak sah. Kecuali yang tidak hadir
ii. Penyebab Seseorang Golput
            Golput adalah suatu hal yang selalu ada di setiap pemilu dan ini terjadi terhadap negara yang menjunjung tinggi demokrasi. Beberapa studi menunjukan bahwa semakin tinggi demokratis suatu negara maka semakin angka pengembalian suara.
            Di negara seperti amerika pun tingkat partisipasi masih rendah, Di beberapa kota di Amerika masalah politik tidak terlalu menjadi perhatian masyarakat. Di sana lebih memusatkan pada kegiatan- kegiatan yang menyangkut seperti makanan,seks,percintaan,keluarga,pekerjaan,kesenangan,tempat tinggal,kenyamanan,persahabatan dan yang lainya.
            Ada tiga teori yang menjelaskan fenomena golput dalam prilaku memilih (voter behavior).pertama, teori sosiologis. Seseorang tidak ikut dalam pemilihan akibat dari latar belakang sosiologis. Seperti meliputi faktor agama,pendidikan,pekerjaan,ras dan sebagainya. Kedua, teori psikologis. Keputusan seseorang untuk ikut memilih atau tidak ditentukan oleh faktor psikologis seperti kedekatan (attachment) dengan partai atau kandidat yang ada. Ketiga, Teori ekonomi politik. Keputusan untuk memilih atau tidak dilandasi oleh pertimbangan rasional. Misalnya ketidak percayaan adanya perubahan dan yang lainya.
            Dalam buku yang di tulis oleh Idris Thaha ada dua faktor yang menyebabkan partisipasi warga negara dalam politik. Pertama, Kesadaran terhadap hak dan kewajiban sebagai warga negara, Kedua, Sikap dan kepercayaan atau penilaian warga negara terhadap pemerintah, akan tetapi, keduanya tidak tidak bisa berdiri sendiri. Bisa jadi tinggi rendahnya partisipasi politik masyarakat oleh faktor lainya,misalnya status sosial dan ekonomi,afiliasi politik orang tua dan pengalaman bernegosiasi.
iii. Golput dalam Sejarah Pemilu Indonesia
Pemilihan umum (pemilu) pertama di Indonesia diadakan tahun 1955 untuk
memilih anggota DPR dan Dewan Konstituate. Pemilu 1955 adalah pemilu yang paling demokratis pertama kalinya yang pernah diadakan di Indonesia. Pada saat itu rakyat Indonesia sangat bergairah untuk berperan serta dalam mensukseskan pemiliu tersebut. Kemungkinan pada saat itu belum ada fenomena golongan putih (golput), jika ada juga mungkin tidak terdengar suaranya. Pada saat itu kira-kira sekitar 91,54% dari jumlah rakyat pemilih terdaftar ikut menyampaikan suaranya dalam pemilihan anggota DPR sekitar 90% dari rakyat pemilih terdaftar ikut menyampaikan suaranya dalam pemilihan anggota Dewan Konstituate.
Golput muncul pada tahun 1970-an, Golput sebagai reaksi terhadap segala kecurangan yang dilakukan pemerintahan pada saat itu. Para pelopor golput adalah para aktivis angkatan ’66 diantaranya Arief Budiman, Marsilam Simanjuntak, Julius Usman, Imam Waluyo, dan juga Adnan Buyung Nasution. Kemudian gerakan ini mendapat dukungan dari berbagai daerah seperti Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang serta Solo. Dan pada tanggal 4 Juni 1971 menurut Harian Kami,Golput lahir di Balai Budaya Jakarta dengan menyatakan tidak memilih salah satu gambar peserta pemilu saitu. Dan mendapat dukungan dari beberapa Dewan mahasiswa dan senat mahasiswa di beberapa perguruan tinggi Indonesia,terutama di Jawa.
Sebenarnya hakikat dasar aktivis angkatan ’66 dalam merealisasikan dan melahirkan Tri Tuntutan Rakyat (TRITURA). Tuntutan pertama yaitu bubarkan PKI menjadi sasaran pergolakan mahasiswa dan komponen Orde baru lainya meliputi dua sistem kekuasaan otoritarianisme yang sedang tumbuh di Indonesia. Pertama Demokrasi Terpimpin Soekarno sejak pertengahan tahun 1959 dan kedua Partai Komunis yang meneliti puncak usahanya untuk menguasai negara lewat kudeta 30 September 1965. Tuntuan Kedua, Dibalik Kabinet sebagai sasaran tuntutan mahasiswa , terlihat sistem pemerintahan yang kurang efektif sekalipun telah di bekali dengan kekuasaan memusat berupa kewenangan untuk mengintervensi DPR GR dan dilandasi oleh hanya tiga kekuatan politik ( Angkatan Darat, PKI dan PNI). Demokratisasi dan pengektifan sistem pemerintahan adalah hakikat dari tuntutan mahasiswa mengenai perombakan kabinet. Tuntutan Ketiga, penurunan harga yang bermakna pembangunan ekonomi secara terencana dan terkontrol






D.Kesimpulan dan Saran
            Golput atau golongan putih adalah sebutan yang dialamatkan kepada orang yang tidak mau menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Atau sebutan yang dialamatkan kepada sekelompok orang yang tidak mau memlilih salah satu peserta pemilu. Intinya, golput adalah sebutan yang dialamatkan kepada orang atau sekelompok orang yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu.
            Dalam sejarah pemilu di Indonesia, golput baru lahir menjelang pemilu 1971 sebagai sikap kekecewan sekelompok orang terhadap rezim Orde Baru yang dimotori oleh Arif Budimandan kawan-kawan sebagai gerakan moral dalam rangka memboikot pemilu yang dianggapnya tidak jurdil, tidak demokkratis, dan banyak dimanipulasi oleh pemerintah. Bagi pandangan kelompok ini, pemilu hanayalah alat untuk melenggangkan kekuasaan Orde Baru agar mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Pada masa ini banayak masyarakat yang dimobilisasi untuk mengikuti pemilu, seperti pegawai negara sipil yang dalam kopri yang diharuskan memilih Golkar. Pada masa ini memilih terkesan sebagai kewajiban
            Walaupun golput bukan sebuah organisasi, pada waktu itu golput seperti halnya partai-partai lain yaitu melakukan pendidikan politik, membuat pernyataan-pernyataan di media cetak, dan menempelkan tanda gambar golput berupa segi lima hitam diatas kertas/kain dengan warna dasar putih dengan tulisan golput di bagian bawahnya berdekatan dengan tanda gambar peserta pemilu lain, Dengan melihat cara-cara seperti ini, maka gerakan ini tidak hanya sebagai gerakan  moral, akan tetapi sudah menyerupai kekuatan politik.
            Pasca tumbuhnya Orde Baru, memilih tidak memilih merupakan hak dan tidak ada sanksi apapun bagi yang tidak memilih. Memilih atau tidak sama saja nilainya manakala dilakukan dengan bertanggung jawab. Dalam hal memilih merupakan hak, maka fenomena golput sudah tidak lagi mewakili homogenitas sekelompok orang yang secara sadar memboikot pemilu. Lagi pula banyak alasan mengapa seseorang tidak memilih. Pada realitasnya golput sering ditujukan untuk menggeneralisir suara yang tidak sah dan tidak memilih. Dengan arti kata, secara umum golput dipakai untuk menggambarkan banyak fenomena misalnya tidak hadir ke bilik suara, kartu suara rusak, baik disengaja maupun tidak, dan kartu suara kosong.
            Mengenai golput pasca Orde Baru, seperti yang sudah dijelaskan, beberap pengamat membagi golput  kepada beberapa katagori: Indra J Palilang mengelompokan golput pada tiga jenis yaitu golput ideologis, politis, pragmatis,; Arief Budiman mengelompokan golput menjadi tiga jenis yaitu golput karena politis, apatis dan karena kecelakaan; adapun Eep Saefulloh Fatah mengelompokan golput menjadi empat jenis yaitu golput teknis-teknis tertentu, teknis politis, dan golput ideologis.
            Sedangkan dengan pengelompokan golput di atas, penulis mengambil benang merahnya bahwa faktor-faktor penyebab meningkatnya golput pada pemilu 2004 sesuai dengan temuan berdasarkan data-data yang didapatkan menjadi tiga jenis golput, yaitu: Politis, Administratif, non Administratif.
Saran-saran
Penelitian terhadap fenomena golput masih sangat minim, penulis mengalami
kesulitan dalam mencari referensi-referensi yang berkaitan dengan judul tersebut. Kajian-kajian mengenai golput walaupun ada, baru dalam bentuk opini pada artikel-artikel yang kurang memberikan penjelasan lebih mendalam.Buku yang khusus mengkaji golput yang penulis temukan hanya empat buku:Presiden Golput yang ditulis oleh Muhammad Asfar, Politik Golput di Indonesia;Kasusu Peristiwa Jogja 1992 yang ditulis oleh Priyambudi Sulistianto, Golput
Aneka Pandangan dan Fenomena Politik yang disunting oleh Drs. Arbi Sanit, dan keempat Islam dan Demokrasi Mengungkap Fenomena Golput yang ditulis oleh Badri Khaeruman, dkk.
Penelitian tentang golput yang penulis lakukan ini baru penelitian yang sifatnya deskriptif. Untuk itu kepada para peneliti, penulis menyerankan agar fenomena ini tidak dilewatkan begitu saja. Harus ada penelitian-penelitian yang lebih mendalam lagi dalam mengungkap fenomena yang selalu ada pada ritual lima tahunan ini, mengingat belum semua masyarakat luas tahu dan paham yang dimaksud dengan golput. Memang secara akademis belum ada kategorisasi tentang golput. Untuk itu, penulis pun ketika mengklasifikasikan golput hanya berdasarkan pandangan-pandangan dari para tokoh/pengamat politik yang conceren terhadap kajian tersebut. Walaupun demikian setidaknya penulis mencoba membantu memberikan gambaran tentang faktor-faktor apa saja yang menyebabkan meningkatnya golput pada pemilu 2004 lalu.
Kepada para elit politik, pemerintah, jadikanlah fenomena ini sebagai
bentuk introspeksi dalam rangka perbaikan hidup kenegaraan ke depannya, sebagai social control terhadap elit-elit baik di DPR maupun di eksekutif, baik dipemerintahan pusat maupun di daerah. Fenomena ini jangan dijadikan sebagai ancaman terhadap legitimasi kekuasaan. Dengan adanya fenomena ini diharapkan pemerintah bisa benar-benar memperhatikan kepentingan rakyat banyak bukan kepentingan golongan.
Kepada lembaga pencatat data pemilih, baik BPS, KPU, petugas RT/RW dan petugas-petugas penyelenggara pemilu lainnya yang terkait dengan pendataan penduduk diharapkan agar dapat bekerja lebih ekstra lagi dalam mendata pemilih. Dengan demikian nantinya pemilih yang tidak terdaftar dapat diminimalisir karena dampaknya selain bisa memperbesar jumlah golput juga dapat mengakibatkan terjadinya konflik bagi para caleg atau parpol yang merasa
dirugikan dengan kasus tersebut.
Kepada khalayak umum, dengan adanya kebebasan di era Reformasi ini, penulis menyarankan pada setiap pemilu maupun pilkada agar memberikan hak suara sesuai dengan kata hati sebagai bentuk partisipasi politik dalam rangka menentukan pemimpin dan nasib bangsa yang lebih baik. Sehingga pemerintahan yang terpilih nantinya benar-benar mendapatkan pengakuan yang sah dari masyarakat dan pemerintahannya pun legitimate.





Daftar Pustaka
“Banyak Warga Jakpus Tak Terdaftar dalam DPT.” Berita diakses pada 24 Februari 2009 dari http://www.pelita.or.id/baca.php?id=24136
“Golongan Putih.” Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 6 Jakarta: PT Delta Pamungkas, 2004: h. 197.
“Jumlah Pemilih Belum Terdaftar Kurang dari 0,5%.” Berita diakses pada 24 Februari 2009 dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0404/02/nas8.htm
“Kemenangan Golkar adalah Kekalahannya di Bidang Moral.” Artikel diakses pada 11 Desember 2008 dari http://kontak.club.fr/Apakah%Pemilu%201997 %20d409245940An%20Suharto%20harus%20dipertahankan%.htm
“Pendataan Pemilih, Titik Rawan Pemilu Berkualitas.” Berita diakses pada 24 Februari 2009 dari http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2003/5/2/pol3. Htm.
“Ribuan Warga Pedalaman Tak Terdaftar Pemilu.” Berita diakses pada 24
Februarai 2009 dari http://www.kompas.com/kompas-cetak/0402/25/daerah/873674.
“Sebanyak 13,2 Juta Pemilih Belum Terdaftar.” Berita diakses pada 24 Februari 2009 dari http:/www2.kompas.com/kompas-cetak/0403/11/politikhukum/90 6594.htm