Rabu, 25 Juni 2014

Fenomena Golput di Indonesia

Kelompok 
Yaswidya Amandarizky Cahyanandyasmoro 17111496
Alvin Dewantara 10111632
Denny Nofyan 11111854

ABSTRAK
Pemilihan umum 2014 tinggal menghitung hari, yakini yang akan diadakan pada tanggal 9 April 2014, namun dengan tidak berjalannya sesuai harapan para legislatif terpilih pada periode sebelumnya, yaitu periode 2009 menimbulkan sifat apatis terhadap masyarakat indonesia, mereka sudah terlanjur pesimis dengan masa depan bangsa Indonesia. Menurut mereka buat apa ikut pemilu jika janji-janji yang dicanangkan oleh para caleg hanyalah untuk mengambil hati mereka hanya pada masa-masa kampanye. Namun setelah mereka terpilih janji-janji yang mereka canangkan hanyalah bualan semata. Lebih buruknya mereka mengecewakan rakyat dengan melakukan pengambilan uang rakyat(Korupsi). Berdasarkan sample penelitian yang dilakukan terhadap 25 responden berkisar antara umur 18-21 tahun yang termasuk dalam kategori untuk pertama kalinya mengikuti pemilihan umum nasional untuk periode 5 tahun sekali dihasilkan bahwa ternyata 32% dari jumlah mereka menyatakan tidak berminat mengikuti Pemilu karena sudah terlanjur apatis terhadap kinerja para wakil rakyat. Sedangkan untuk pertanyaan yang diajukan “Sudahkan anda menetapkan pilihan pada Pemilu 2014 mendatang?” ternyata sebanyak 80 % para pemilih pemula belum menentukan pilihan untuk penyelenggaraan pemilu April 2014 mendatang. Bahkan sebagian besar para pemilih pemula menganggap bahwa golput itu sah untuk dilakukan, yakni sebesar 52 % mereka menyatakan bahwa golput itu sah untuk dilakukan.









A.     PENDAHULUAN

Pemilihan Umum (Pemilu) dalam negara demokrasi sudah menjadi rutinitas dalam menentukan regenerasi kepemimpinan. Para teoretisi klasik dari Alexis Tocquiville hingga Thomas Jefferson percaya bahwa partisipasi politik, khususnya pemberian suara dalam pemilu (Voting) merupakan kunci menuju suatu pemerintahan yang demokratis. Pada momen itulah masyarakat dapat berpartisipasi dalam menentukan pemimpinnya.
Di Indonesia, sejak pasca kemerdekaan hingga sekarang, bangsa indonesia sudah melaksanakan sepuluh kali pemilu. Pemilu pertama yang diadakan tahun 1955 yang merupakan pemilu paling demokratis yang diikuti oleh banyak partai politik. Pada masa Orde Baru Pemilu diadakan sebanyak 6 kali yakni tahun 1971 yang hanya diikuti oleh 10 partai politik selanjutnya diadakan pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992, 1997 yang diikuti oleh hanya tiga partai politik. Selanjutnya setelah Orde Baru Indonesia telah melakukan 3 kali pemilu yaitu tahun 1999, 2004, dan 2009.
Namun dibalik cerita penyelenggaraan Pemilu bangsa kita yaitu pasca pemilu tahun 1955 yakni pada era 1970an terjadi isu yang dimotori oleh sebagian kaum Intelektual dan Budayawan ditengah Pemilu yang tidak jujur dan adil itu. Isu tersebut adalah gerakan moral dengan memboikot Pemilihan Umum dengan tidak menggunakan hak pilihnya  saat pemilu tiba. Kelompok ini disebut Golput(Golongan Putih)
Golput adalah adalah golongan yang secara sadar menyatakan untuk tidak memilih. Golput mulai muncul pada pemilu 1971 yang digagas oleh Arif Budiman bersama rekan-rekannya waktu itu, dia melakukan boikot atas bentuk kekecewaannya terhadap pemerintahan Soeharto, yang dianggapnya tidak demokratis dengan membatasi jumlah partai peserta pemilu yaitu hanya 3 partai politik. Dengan membatasi jumlah peserta pemilu, pemerintah sudah melanggar asas demokrasi yang paling mendasar, yakni kemerdekaan berserikat dan berpolitik
Jadi jelas bahwa golput yang digagas oleh Arif Budiman dan kawan-kawan adalah gerakan secara sadar sebagai gerakan moral sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintahdan terhadap partai-partai politik.
Fenomena golput pasca 1971 masih menunjukan eksistensinya setiap diadakannya pemilu. Pengaruh golput menjadi lebih meluas, kali ini golput muncul dengan berbagai bentuk protes yang ada dalam masyarakat. Seperti apa yang dikatakan oleh Arbi Sanit bahwa golput sudah tidak lagi merupakan gerakan protes terhadap penguasa, akan tetapi golput teelah menyatu kedalam gerakan yang bertujuan memperbaiki dan mencari alternatif dalam rangka penyempurnaan sistem politik Indonesia. Yang berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi Universal.
Kemunculan golput bertujuan untukmendorong proses demokatisasi di Indonesia dengan cara menggugat secara langsung keabsahan kekuasan rezim orde baru. Tidak hanya pelaksanaan pemilu, akan tetapi dalam pelaksanaan sistem politik yang sudah ada.
Isu golput tidak hanya terjadi pada masa Orde Baru dan Orde Lama saja yang beranggapan bahwa Pemilu pada masa itu kurang demokratis. Pada era Reformasi sekalipun ternyata sering terus ditemukan setiap kali pemilu baik pada Pemilu 1999 hingga Pemilu 2009
Pada pemilu 1999 jumlah golput mencapai 10,21%. Angka ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan pemilu-pemilu pada masa Orde Baru.  Penyebab meningkatnya jumlah golput adalah menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Hilangnya kepercayaan masyarakat pada masa ini karena pemerintahan Habibie dinilainya telah gagal dalam menyelesaikan berbagai massalah, diantaranya seperti berlarut-larutnya penuntasan kasus KKN Soeharto dan Kroni-kroninya.
Pemilu 2004 adalah pertama kalinya pemilu langsung dilaksanakan dalam sejarah Indonesia untuk memilih presiden. Pada tahun ini rakyat Indonesia mendapatkan kesempatan memilih secara langsung sesuai amandemen pasal 1 (ayat2) UUD 1945 yang menyatakan  “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan undang-undang.” Dengan kata lain saatnya rakyat Indonesia berdaulat atas kehendak dan hak-hak politiknya. Sepanjang sejarahnya, baru pada tahun 2004 bangsa Indonesia berhasil dalam mencapai keberhasilan dalam mencapai keberhasilan dalam meraih pencapain demokrasi terbesar.




















B. Metode Penelitian
Dalam penulisan jurnal ini , metode yang digunakan menggunakan berupa
pengumpulan data dari berbagai literatur. Penulis menggunakan jenis openelitian Library Research(study kepustakaan) yaitu dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pemilu 2004 dan 2009 dengan berupa buku-buku, artikel dari berbagai media, baik baik elektronik maupun cetak yang kemudia dibahas dan dianalisis lalu ditulis dalam bentuk jurnal. Analisa data dalam jurnal ini, penulis menggunakan dua metode dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu dengan mendeskripsikan dan kemudian menganalisisnya sesuai dengan temuan penulis.

















C.Pembahasan
i.Pengertian dan Jenis-jenis Golput
            Berbicara mengenai golput adalah berbicara sebuah fenomena yang selalu ramai diperbincangkan setiap kali pemilu. Realitas yang membuktikan bahwa disetiap pemilu dari mulai pemilu 1995-2004, angka pemilih yang tidak sah dan atau warga tidak menggunakan hak pilihnya selalu terus ditemukan. Apakah angka-angka tersebut masuk pada katagori golput?
Untuk itu, walaupun golput hanyalah suatu fenomena dan belum bisa dikatagorikan secara akademis, paling tidak pada bab in, penulis ingin menguraikan secara akademis, paling tidak pada bab ini, penulismenguraikan terlebih dahulu pengertian dan jenis-jenis golput itu sendiri.
Golput atau golongan putih adalah sebutan yang tidak mau menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Atau sering pula didefiniskan kepada sekelompok orang yang tidak mau memilih salah satu partai peserta pemilu. Intinya, golput adalah sebutan yang dialamatkan kepada sekelompok orang yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu untuk menentukan pemimpinannya.
Dalam literatur perilaku memilih, penjelasan golput menunjuk pada perilaku nonvotin. Perilaku nonvoting umumnya digunakan untuk merujuk pada fenomena ketidakhadiran seseorang dalam pemilu karena tidaknya motivasi.
Pada realitasnya, dalam penghitungan hasil pemilu, golput biasanya dipakai untuk menggambarkan banyak fenomena, misalnya tidak hadir, kertas suara kosong, surat suara dirusak sengaja atau surat suara rusak yang tidak disengaja. Panitia biasanya melabel terhadap surat suara tersebut dengan sebutan suara tidak sah. Kecuali yang tidak hadir
ii. Penyebab Seseorang Golput
            Golput adalah suatu hal yang selalu ada di setiap pemilu dan ini terjadi terhadap negara yang menjunjung tinggi demokrasi. Beberapa studi menunjukan bahwa semakin tinggi demokratis suatu negara maka semakin angka pengembalian suara.
            Di negara seperti amerika pun tingkat partisipasi masih rendah, Di beberapa kota di Amerika masalah politik tidak terlalu menjadi perhatian masyarakat. Di sana lebih memusatkan pada kegiatan- kegiatan yang menyangkut seperti makanan,seks,percintaan,keluarga,pekerjaan,kesenangan,tempat tinggal,kenyamanan,persahabatan dan yang lainya.
            Ada tiga teori yang menjelaskan fenomena golput dalam prilaku memilih (voter behavior).pertama, teori sosiologis. Seseorang tidak ikut dalam pemilihan akibat dari latar belakang sosiologis. Seperti meliputi faktor agama,pendidikan,pekerjaan,ras dan sebagainya. Kedua, teori psikologis. Keputusan seseorang untuk ikut memilih atau tidak ditentukan oleh faktor psikologis seperti kedekatan (attachment) dengan partai atau kandidat yang ada. Ketiga, Teori ekonomi politik. Keputusan untuk memilih atau tidak dilandasi oleh pertimbangan rasional. Misalnya ketidak percayaan adanya perubahan dan yang lainya.
            Dalam buku yang di tulis oleh Idris Thaha ada dua faktor yang menyebabkan partisipasi warga negara dalam politik. Pertama, Kesadaran terhadap hak dan kewajiban sebagai warga negara, Kedua, Sikap dan kepercayaan atau penilaian warga negara terhadap pemerintah, akan tetapi, keduanya tidak tidak bisa berdiri sendiri. Bisa jadi tinggi rendahnya partisipasi politik masyarakat oleh faktor lainya,misalnya status sosial dan ekonomi,afiliasi politik orang tua dan pengalaman bernegosiasi.
iii. Golput dalam Sejarah Pemilu Indonesia
Pemilihan umum (pemilu) pertama di Indonesia diadakan tahun 1955 untuk
memilih anggota DPR dan Dewan Konstituate. Pemilu 1955 adalah pemilu yang paling demokratis pertama kalinya yang pernah diadakan di Indonesia. Pada saat itu rakyat Indonesia sangat bergairah untuk berperan serta dalam mensukseskan pemiliu tersebut. Kemungkinan pada saat itu belum ada fenomena golongan putih (golput), jika ada juga mungkin tidak terdengar suaranya. Pada saat itu kira-kira sekitar 91,54% dari jumlah rakyat pemilih terdaftar ikut menyampaikan suaranya dalam pemilihan anggota DPR sekitar 90% dari rakyat pemilih terdaftar ikut menyampaikan suaranya dalam pemilihan anggota Dewan Konstituate.
Golput muncul pada tahun 1970-an, Golput sebagai reaksi terhadap segala kecurangan yang dilakukan pemerintahan pada saat itu. Para pelopor golput adalah para aktivis angkatan ’66 diantaranya Arief Budiman, Marsilam Simanjuntak, Julius Usman, Imam Waluyo, dan juga Adnan Buyung Nasution. Kemudian gerakan ini mendapat dukungan dari berbagai daerah seperti Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang serta Solo. Dan pada tanggal 4 Juni 1971 menurut Harian Kami,Golput lahir di Balai Budaya Jakarta dengan menyatakan tidak memilih salah satu gambar peserta pemilu saitu. Dan mendapat dukungan dari beberapa Dewan mahasiswa dan senat mahasiswa di beberapa perguruan tinggi Indonesia,terutama di Jawa.
Sebenarnya hakikat dasar aktivis angkatan ’66 dalam merealisasikan dan melahirkan Tri Tuntutan Rakyat (TRITURA). Tuntutan pertama yaitu bubarkan PKI menjadi sasaran pergolakan mahasiswa dan komponen Orde baru lainya meliputi dua sistem kekuasaan otoritarianisme yang sedang tumbuh di Indonesia. Pertama Demokrasi Terpimpin Soekarno sejak pertengahan tahun 1959 dan kedua Partai Komunis yang meneliti puncak usahanya untuk menguasai negara lewat kudeta 30 September 1965. Tuntuan Kedua, Dibalik Kabinet sebagai sasaran tuntutan mahasiswa , terlihat sistem pemerintahan yang kurang efektif sekalipun telah di bekali dengan kekuasaan memusat berupa kewenangan untuk mengintervensi DPR GR dan dilandasi oleh hanya tiga kekuatan politik ( Angkatan Darat, PKI dan PNI). Demokratisasi dan pengektifan sistem pemerintahan adalah hakikat dari tuntutan mahasiswa mengenai perombakan kabinet. Tuntutan Ketiga, penurunan harga yang bermakna pembangunan ekonomi secara terencana dan terkontrol






D.Kesimpulan dan Saran
            Golput atau golongan putih adalah sebutan yang dialamatkan kepada orang yang tidak mau menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Atau sebutan yang dialamatkan kepada sekelompok orang yang tidak mau memlilih salah satu peserta pemilu. Intinya, golput adalah sebutan yang dialamatkan kepada orang atau sekelompok orang yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu.
            Dalam sejarah pemilu di Indonesia, golput baru lahir menjelang pemilu 1971 sebagai sikap kekecewan sekelompok orang terhadap rezim Orde Baru yang dimotori oleh Arif Budimandan kawan-kawan sebagai gerakan moral dalam rangka memboikot pemilu yang dianggapnya tidak jurdil, tidak demokkratis, dan banyak dimanipulasi oleh pemerintah. Bagi pandangan kelompok ini, pemilu hanayalah alat untuk melenggangkan kekuasaan Orde Baru agar mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Pada masa ini banayak masyarakat yang dimobilisasi untuk mengikuti pemilu, seperti pegawai negara sipil yang dalam kopri yang diharuskan memilih Golkar. Pada masa ini memilih terkesan sebagai kewajiban
            Walaupun golput bukan sebuah organisasi, pada waktu itu golput seperti halnya partai-partai lain yaitu melakukan pendidikan politik, membuat pernyataan-pernyataan di media cetak, dan menempelkan tanda gambar golput berupa segi lima hitam diatas kertas/kain dengan warna dasar putih dengan tulisan golput di bagian bawahnya berdekatan dengan tanda gambar peserta pemilu lain, Dengan melihat cara-cara seperti ini, maka gerakan ini tidak hanya sebagai gerakan  moral, akan tetapi sudah menyerupai kekuatan politik.
            Pasca tumbuhnya Orde Baru, memilih tidak memilih merupakan hak dan tidak ada sanksi apapun bagi yang tidak memilih. Memilih atau tidak sama saja nilainya manakala dilakukan dengan bertanggung jawab. Dalam hal memilih merupakan hak, maka fenomena golput sudah tidak lagi mewakili homogenitas sekelompok orang yang secara sadar memboikot pemilu. Lagi pula banyak alasan mengapa seseorang tidak memilih. Pada realitasnya golput sering ditujukan untuk menggeneralisir suara yang tidak sah dan tidak memilih. Dengan arti kata, secara umum golput dipakai untuk menggambarkan banyak fenomena misalnya tidak hadir ke bilik suara, kartu suara rusak, baik disengaja maupun tidak, dan kartu suara kosong.
            Mengenai golput pasca Orde Baru, seperti yang sudah dijelaskan, beberap pengamat membagi golput  kepada beberapa katagori: Indra J Palilang mengelompokan golput pada tiga jenis yaitu golput ideologis, politis, pragmatis,; Arief Budiman mengelompokan golput menjadi tiga jenis yaitu golput karena politis, apatis dan karena kecelakaan; adapun Eep Saefulloh Fatah mengelompokan golput menjadi empat jenis yaitu golput teknis-teknis tertentu, teknis politis, dan golput ideologis.
            Sedangkan dengan pengelompokan golput di atas, penulis mengambil benang merahnya bahwa faktor-faktor penyebab meningkatnya golput pada pemilu 2004 sesuai dengan temuan berdasarkan data-data yang didapatkan menjadi tiga jenis golput, yaitu: Politis, Administratif, non Administratif.
Saran-saran
Penelitian terhadap fenomena golput masih sangat minim, penulis mengalami
kesulitan dalam mencari referensi-referensi yang berkaitan dengan judul tersebut. Kajian-kajian mengenai golput walaupun ada, baru dalam bentuk opini pada artikel-artikel yang kurang memberikan penjelasan lebih mendalam.Buku yang khusus mengkaji golput yang penulis temukan hanya empat buku:Presiden Golput yang ditulis oleh Muhammad Asfar, Politik Golput di Indonesia;Kasusu Peristiwa Jogja 1992 yang ditulis oleh Priyambudi Sulistianto, Golput
Aneka Pandangan dan Fenomena Politik yang disunting oleh Drs. Arbi Sanit, dan keempat Islam dan Demokrasi Mengungkap Fenomena Golput yang ditulis oleh Badri Khaeruman, dkk.
Penelitian tentang golput yang penulis lakukan ini baru penelitian yang sifatnya deskriptif. Untuk itu kepada para peneliti, penulis menyerankan agar fenomena ini tidak dilewatkan begitu saja. Harus ada penelitian-penelitian yang lebih mendalam lagi dalam mengungkap fenomena yang selalu ada pada ritual lima tahunan ini, mengingat belum semua masyarakat luas tahu dan paham yang dimaksud dengan golput. Memang secara akademis belum ada kategorisasi tentang golput. Untuk itu, penulis pun ketika mengklasifikasikan golput hanya berdasarkan pandangan-pandangan dari para tokoh/pengamat politik yang conceren terhadap kajian tersebut. Walaupun demikian setidaknya penulis mencoba membantu memberikan gambaran tentang faktor-faktor apa saja yang menyebabkan meningkatnya golput pada pemilu 2004 lalu.
Kepada para elit politik, pemerintah, jadikanlah fenomena ini sebagai
bentuk introspeksi dalam rangka perbaikan hidup kenegaraan ke depannya, sebagai social control terhadap elit-elit baik di DPR maupun di eksekutif, baik dipemerintahan pusat maupun di daerah. Fenomena ini jangan dijadikan sebagai ancaman terhadap legitimasi kekuasaan. Dengan adanya fenomena ini diharapkan pemerintah bisa benar-benar memperhatikan kepentingan rakyat banyak bukan kepentingan golongan.
Kepada lembaga pencatat data pemilih, baik BPS, KPU, petugas RT/RW dan petugas-petugas penyelenggara pemilu lainnya yang terkait dengan pendataan penduduk diharapkan agar dapat bekerja lebih ekstra lagi dalam mendata pemilih. Dengan demikian nantinya pemilih yang tidak terdaftar dapat diminimalisir karena dampaknya selain bisa memperbesar jumlah golput juga dapat mengakibatkan terjadinya konflik bagi para caleg atau parpol yang merasa
dirugikan dengan kasus tersebut.
Kepada khalayak umum, dengan adanya kebebasan di era Reformasi ini, penulis menyarankan pada setiap pemilu maupun pilkada agar memberikan hak suara sesuai dengan kata hati sebagai bentuk partisipasi politik dalam rangka menentukan pemimpin dan nasib bangsa yang lebih baik. Sehingga pemerintahan yang terpilih nantinya benar-benar mendapatkan pengakuan yang sah dari masyarakat dan pemerintahannya pun legitimate.





Daftar Pustaka
“Banyak Warga Jakpus Tak Terdaftar dalam DPT.” Berita diakses pada 24 Februari 2009 dari http://www.pelita.or.id/baca.php?id=24136
“Golongan Putih.” Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 6 Jakarta: PT Delta Pamungkas, 2004: h. 197.
“Jumlah Pemilih Belum Terdaftar Kurang dari 0,5%.” Berita diakses pada 24 Februari 2009 dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0404/02/nas8.htm
“Kemenangan Golkar adalah Kekalahannya di Bidang Moral.” Artikel diakses pada 11 Desember 2008 dari http://kontak.club.fr/Apakah%Pemilu%201997 %20d409245940An%20Suharto%20harus%20dipertahankan%.htm
“Pendataan Pemilih, Titik Rawan Pemilu Berkualitas.” Berita diakses pada 24 Februari 2009 dari http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2003/5/2/pol3. Htm.
“Ribuan Warga Pedalaman Tak Terdaftar Pemilu.” Berita diakses pada 24
Februarai 2009 dari http://www.kompas.com/kompas-cetak/0402/25/daerah/873674.
“Sebanyak 13,2 Juta Pemilih Belum Terdaftar.” Berita diakses pada 24 Februari 2009 dari http:/www2.kompas.com/kompas-cetak/0403/11/politikhukum/90 6594.htm



Sabtu, 22 Maret 2014

Analisis dan Pengaruh Tata Tulis Karya Ilmiah

Analisis
pengertian analisis, semoga ulasan berikut ini dapat membantu anda. Pengertian analisis adalah penyelidikan terhadap sesuatu peristiwa. Bisa juga merupakan penyelidikan terhadap karangan atau terhadap perbuatan. Analisis tentu memiliki tujuan. Tujuan dari analisis adalah untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya sebab musabab, duduk perkaranya.
Dalam hal penelitian, analisis adalah langkah yang ditempuh setelah data penelitian terkumpul. Proses analisis ini dilakukan melalui tahapan sebagai perukut;
Pencacahan atau identifikasi
Pengolahan
Penafsiran
Untuk melakukan proses analisis diatas, seorang peneliti biasanya menggunakan alat bantu yang disebut sebagai statistik atau statistika. Proses analisis data dalam penelitian, biasanya menjadi penghambat psikologis bagi seorang pelajar atau mahasiswa dalam menyelesaikan penelitiannya. Namun begitu, saya berharap informasi mengenai pengertian analisis diatas dapat berguna bagi anda.

Tata Tulis Karya Ilmiah
Karya ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalahlaporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.

Sistematika Penulisan

a. Bagian Awal
1). Halaman judul
a) Judul diketik dengan huruf besar (kapital), hendaknya ekspresif, sesuai                dan tepat dengan masalah yang ditulis dan tidak membuka peluang untuk                  penafsiran ganda.
b) logo perguruan tinggi.
c) Nama dan NIM penulis ditulis dengan jelas.
d) Perguruan Tinggi dan kota asal ditulis dengan jelas.
e) Tahun penulisan.
                   f)  Halaman judul menggunakan kertas HVS putih dan kertas  mika putih. 
2). Lembar Pengesahan
a) Lembar pengesahan memuat Judul, Ketua Kelompok dan anggota kelompok                dengan menunjukkan identitas: Nama Lengkap, NIM, Jurusan, dan                          Perguruan Tinggi. Selain itu memuat identitas dosen meliputi Nama                        Lengkap, Gelar, dan NIP.
b) Lembar pengesahan ditandatangani oleh Ketua Kelompok, Dosen                               Pembimbing dan Ketua Jurusan/Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
c) Lembar pengesahan diberi tanggal sesuai dengan tanggal pengesahan.
                       lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh format halaman judul dan lembar                        pengesahan.

3). Kata Pengantar dari penulis
4). Daftar isi dan daftar lain yang diperlukan seperti daftar gambar, daftar tabel               dan daftar lampiran.
5). Ringkasan (abstrak) karya tulis disusun 2 halaman yang mencerminkan isi                         keseluruhan karya tulis, mulai dari latar belakang, tujuan, landasan teori yang                   mendukung, metode penulisan, analisis dan sintesis, simpulan dan saran.

b. Bagian Inti
1).Pendahuluan
Bagian Pendahuluan berisi hal-hal sebagai berikut:
a) perumusan masalah yang mencakup latar belakang tentang alasan                            mengangkat masalah tersebut menjadi karya tulis (dilengkapi dengan data              atau informasi yang mendukung) dan penjelasan tentang makna penting                    serta menariknya masalah tersebut untuk ditelaah;
b) tujuan dan manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan.

2). Telaah Pustaka
Telaah Pustaka berisi:
a) uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep-konsep yang relavan dengan masalah yang dikaji;
b) uraian mengenai pendapat terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang dikaji;
c) uraian mengenai pemecahan masalah yang pernah dilakukan.

3). Metode Penulisan
Penulisan dilakukan mengikuti metode yang benar dengan menguraikan secara cermat teknik pengumpulan data dan/atau informasi, pengolahan data dan/atau informasi, serta analisis-sintesis.

4). Analisis dan Sintesis
a)Analisis permasalahan didasarkan pada data dan/atau informasi serta telaah pustaka.
b)Sintesis untuk menghasilkan alternatif model pemecahan masalah atau gagasan                 yang kreatif.

5). Simpulan dan Saran
a) Simpulan harus konsisten dengan analisis permasalahan dan menjawab tujuan.
b) Saran disampaikan secara spesifik sejalan dengan implikasi kebijakan.

c. Bagian Akhir
1). Daftar Pustaka ditulis untuk memberi informasi sehingga pembaca dapat dengan     mudah menemukan sumber yang disebutkan. Penulisan daftar pustaka untuk buku     dimulai dengan menulis nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku, tempat         terbit, dan nama penerbit. Penulisan daftar pustaka untuk jurnal dimulai dengan     nama penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume dan nomor halaman.               Penulisan daftar pustaka yang diperoleh dari internet ditulis alamat website-         nya.
2). Daftar Riwayat Hidup (biodata atau curriculum vitae) peserta minimal                  mencakup nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, karya-karya ilmiah yang              pernah dibuat, penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih.
3). Lampiran jika diperlukan, seperti: foto/dukumentasi, data dan informasi lainnya      yang mendukung isi tulisan.

Pengaruh
     Ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa ilmiah atau disebut juga bahasa standar (baku). Sebagai salah satu jenis dari karya tulis ilmiah, artikel ilmiah pun ditulis dengan menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahasa standar ini adalah bahasa yang dipelajari dalam institusi pendidikan. Sebagai bahasa standar, ada aturan-aturan tata bahasa dan pedoman ejaan yang perlu diikuti. Standar berbahasa yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa ini meliputi pemilihan kata yang tepat, kalimat efektif, kepaduan paragraf, dan pedoman penulisan. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa dalam artikel ilmiah masih dapat ditemui penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan standar aturan berbahasa Indonesia. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai tersebut dapat ditemukan berupa ketidaktepatan dalam penggunaan/ penyusunan kata, kalimat, paragraf, dan pedoman penulisan.

Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_ilmiah
http://sherynooo.blogspot.com/2014/03/analisis-dan-pengaruh-tata-tulis-karya.html
http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definisi/pengertian-analisis.html



Rabu, 15 Januari 2014

Kutipan

Kutipan adalah pengulangan satu ekspresi sebagai bagian dari yang lain, terutama ketika ekspresi dikutip terkenal atau eksplisit dihubungkan dengan kutipan ke sumber aslinya, dan ditandai oleh (diselingi dengan) tanda kutip.


1.     Kutipan Langsung
Mengutip sesuai dengan aslinya tanpa perubahan
Kutipan yang terdiri dari 1-4 baris.
Cara penulisan:
·      Kutipan disatukan langsung dengan teks
·      Jarak antar baris kutipan 2 spasi
·      Kutipan diapit tanda kutip (“…”)
·      Sesudah kutipan selesai, boleh diberi nomor urut penunjukan ½ spasi ke atas atau dalam kurung nama akhir pengarang, tahun, nomor halaman yang dikutip
Kutipan yang terdiri lebih dari 4 baris
Cara penulisan:
·      Kutipan dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi
·      Jarak antar baris kutipan 1 spasi
·      Kutipan boleh diapit tanda kutip
·      Sesudah kutipan selesai, boleh diberi nomor urut penunjukan ½ spasi ke atas atau dalam kurung nama akhir pengarang, tahun, nomor halaman yang dikutip
·      Seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5-7 ketuk/karakter apabila kutipan itu memulai alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi 5-7 baris/karakter

Pengungkapan kembali maksud penulis dengan kata-kata sendiri yang berupa pokok-pokok pikiran atau ringkasan atau kesimpulan dari sebuah tulisan.
Cara penulisan:
·        Kutipan disatukan dengan teks.
·        Jarak antar baris kutipan 2 spasi
·        Kutipan tidak boleh diapit tanda kutip
·        Sesudah kutipan seselai boleh diberi nomor urut penunjukan ½ spasi ke atas atau ke dalam kurung ditempatkan nama akhir pengarang, tahun, nomor halaman yang dikutip
Contoh Kutipan

1. Kutipan Langsung

"Ris, tolong anterin tante ya ke bank di daerah Ciputat" ujar tante Yuni kepada Riska.

2. Kutipan Tidak Langsung

Ibu mengatakan bahwa keluarga yang berada diujung jalan rumah akan pindah rumah sekitar dua minggu lagi, maka dari itu mulai hari ini seluruh keluarganya mulai mem-pack-ing barang-brang dan lainnya. 

referensi

Abstrak

Abstrak adalah bagian ringkas suatu uraian yang merupakan gagasan utama dari suatu pembahasan yang akan diuraikan. Abstrak digunakan sebagai “jembatan” untuk me­mahami uraian yang akan disajikan dalam suatu karangan (biasanya laporan atau artikel ilmiah) terutama untuk memahami ide-ide per­masalahannya. Dari abstrak, pembaca dapat mengetahui jalan pikiran penulis laporan/artikel ilmiah tersebut dan mengetahui gambaran umum tulisan secara lengkap.

Cara Membuat Abstrak
menulis abstrak tidak dibutuhkan keahlian khusus, namun bagi para pemula dibutuhkan beberapa tips untuk memudahkan Anda membuat abstrak. Berikut ini merupakan tips yang akan membuat Anda jauh lebih mudah membuat abstak yang benar.
1. Dibutuhkan banyak revisi untuk menulis abstrak yang baik
2. Temukan pokok bahasan utama dari karya tulis atau penelitian Anda. Kemudian jelaskan hal tersebut secara mudah sehigga kalangan non-akademik bisa membaca karya tulis Anda.
3. Ingatlah untuk selalu menggunakan kata kunci penting yang sesuai dengan bidang penelitian atau menggunakan kata-kata yang menunjukkan bidang Anda (contoh: rekayasa biokimia, sejarah seni Bizantium, tanaman C3).
4. Abstrak Anda tidak boleh terlalu rinci sehingga memerlukan kutipan atau catatan kaki.

5. Carilah bantuan dari kakak kelas Anda atau guru Anda untuk membuat abstak lebih benar.
Contoh AbstrakDalam era persaingan kerja saat ini yang begitu pesat, suatu perusahaan harus mampu menyesuaikan kondisi perusahaan dengan persaingan yang ada. Yaitu dengan mempunyai karyawan – karyawan yang berkualitas dengan keterampilan yang bisa diandalkan untuk bisa masuk dalam era globalisasi pada persaingan sekarang ini. Bagi perusahaan yang sudah mempunyai mutu dan kualitas yang bagus di mata masyarakat pastilah hasil yang dicapainya itu merupakan sumber daya dari keterampilan – keterampilan yang ada pada diri karyawannya masing – masing. Oleh karena itu, apabila suatu perusahaan ingin mempunyai karyawan yang berkualitas, peranan pelatihan dalam suatu perusahaan itu sangatlah penting.

Pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri adalah untuk mengembangkan kemampuan karyawan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan atau jabatan yang sedang dijalaninya saat ini.

Program pelatihan merupakan salah satu unsur di dalam pengembangan karyawan, dengan ditingkatkannya pengetahuan dan keterampilan karyawan diharapkan program pelatiham dapat meningkatkan pula prestasi kerja karyawan yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi perusahaan.

Program pelatihan pada PT. Hutama Karya dilaksanakan dengan metode on the job training yang dilaksanakan oleh perusahaan itu sendiri dan off the job training yang dilaksanakan oleh lembaga diklat di luar perusahaan. Pelatihan yang ada pada PT. Hutama Karya ini menggambarkan bahwa pelatihan mempunyai hubungan untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan.

Adapun kendala yang dihadapi adalah masalah dana. Dana yang diperlukan tidaklah sedikit, karena kebutuhan – kebutuhan lainnya juga perlu dibiayai. Perusahaan mengatasinya dengan cara menyusun program secara sistematik yang di dasarkan pada analisa jabatan.
referensi

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka adalah sebuah daftar yang mencantumkan spesifikasi sebuah buku yang meliputi judul buku, nama pengarang buku, penerbit buku tersebut dan informasi lain yang terkait. Daftar pustaka biasanya ditempatkan pada halaman akhir sebuah buku, disusun secara teratur dan berurutan berdasarkan abjad.

Sedangkan fungsi Daftar Pustaka salah satunya untuk memberikan referensi bagi pembaca buku tersebut untuk melakukan kajian ulang atau lanjutan sehubungan dengan tema buku. Juga sebagai bentuk penghargaan atau apresiasi terhadap penulis buku dalam Daftar Pustaka atas karyanya yang sudah mempunyai peranan dalam penulisan buku atau karya tulis. Penyusunan Daftar Pustaka seharusnya mengedepankan asas kemudahan dalam pemakaian Daftar Pustaka
Cara Membuat Daftar Pustaka
Adapun beberapa ketentuan serta aturan cara Penulisan Daftar Pustaka yang baik dan benar yaitu :
Bagi penulis yang menggunakan marga/keluarga , nama marga/keluarganya ditulis terlebih dahulu, sedangkan untuk penulis yang tidak menggunakan nama marga / keluarga , diawali dengan penulisan nama akhir / belakang kecuali nama Cina.
·        Gelar kesarjanaan penulis tidak perlu dicantumkan dalam daftar pustaka.
·        Judul buku dicetak miring atau digarisbawahi pada setiap kata, jadi tidak dibuat garis bawah yang bersambung sepanjang judul.
·        Baris pertama diketik mulai ketukan pertama sedangkan baris kedua dan seterusnya diketik mulai ketukan ke-7.
·        Jarak antara baris satu dengan baris berikutnya satu spasi.
·        Jarak antara sumber satu dengan sumber berikutnya dua spasi

Sedangkan untuk Cara Penulisan Daftar Pustaka dan teknik Penulisan Daftar Pustaka dibedakan berdasarkan sumbernya yaitu sumber dari Jurnal , buku, Internet, Peraturan Pemerintah , Perundang-undangan, Makalah, Karya Tulis serta Surat Kabar / Koran. 


CONTOH PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

Penulisan daftar pustaka juga berbeda-beda tergantung dari apa yang dijadikan sumber daftar pustaka tersebut. Berikut penulis daftar pustaka yang bersumber dari :
Buku
Nama pengarang (penulisan nama dibalik dari belakang Misal : Naufa Zahra, maka menjadi “Zahra, Naufa” ), tahun terbit, judul, tempat terbit dan tahun terbit.
  • Arisandi, Yahoma dan Yoovita Andriani. 2001. Tanaman Obat Plus Pengobatan Alternatif. Jakarta: Setia Kawan
  • Said, Ahmad. 2007. Khasiat dan Manfaat Temulawak. Jakarta: Sinar Wadja Lestari
  • Dalimartha, Setiawan, dr. 2001. 36 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol. Jakarta: Penebar Swadaya
  • Hariani, Sangat M. dkk. 2000. Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Referensi