Nama : Yaswidya Amandarizky Cahyanandyasmoro
NPM : 17111496
Kelas : 1KA16
Pendidikan di
Indonesia masih menjadi masalah penting yang harus diperhatikan oleh
pemerintah. Masih banyak anak-anak yang masih belum bisa bersekolah terlebih
anak-anak yang bertempat tinggal di daerah pedalaman. Masih banyak di antara
mereka yang membutuhkan ilmu yang seharusnya mereka dapatkan untuk masa depan
nanti. Sebenarnya apa yang menjadi rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia?
Tingkat
pendidikan pelajar di Indonesia terlihat masih rendah dan kalah jauh
dibandingkan siswa negara lain (luar negeri). Kalau dilakukan uji kemampuan,
dipastikan masih kalah jauh, , ibarat tingkat Dasar dan Diploma, kata Gubernur
Sumatera Barat Gamawan Fauzi, saat meresmikan pencanangan Program Wajib Belajar
Gratis 12 Tahun untuk Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) di GOR Zaini Zein,
Painan, Rabu. Dia mengatakan, di Indonesia, secara umum masyarakat menghabiskan
waktu mengisi ilmu (pendidikan) sekitar tujuh tahun, sedang di luar negeri
mencapai 18,5 Tahun. “Artinya, mereka (luar negeri) sudah benar-benar menganggap
pendidikan sebagai kebutuhan yang wajib dimiliki. Setidaknya, memberikan
pemahaman kalau pendidikan minimal dimiliki idealnya sampai SLTA.
Penyebab
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah adanya ketimpangan pembangunan
ekonomi, insfrastruktur dan sarana yang rusak di antara wilayah-wilayah
Indonesia yang menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat, mengakibatkan masih
bercokolnya jumlah warga miskin dan berpendidikan rendah. Ketimpangan
pembangunan antar wilayah itu menyebabkan banyaknya kantong kemiskinan. Benar
bagaimana orang miskin yang jumlahnya 70 juta orang yang ditanggung pemerintah
Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) melalui APBN itu bisa membutuhi
kehidupan dengan kalori yang normatif dan menyekolahkan anak-anaknya untuk berpengetahuan
setara. Kita akui tingkat pendidikan rata-rata penduduk Indonesia itu
berdasarkan IPMI adalah baru sampai kelas I SMP.
Penyebab lainnya
adalah sosial ekonomi yang kurang akan membatasi kesempatan belajar sehingga
menimbulkan kesulitan pada anak. Dalam buku lain juga dijel;askan bahwa Ekonomi
keluarga erat hubungannya dengan prestasi belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus
terpenuhi kebutuhan pokok misalnya makan, minum, pakaian, perlindungan dan
sebagainya dan juga membutuhkan fasilitas belajar. Sesungguhnya Indonesia
mempunyai sumber daya manusia yang besar. Jumlah penduduk Indonesia saat ini
sekitar 225 juta orang. Jumlah penduduk yang besar ini merupakan modal dasar
dan pasar potensial bagi berbagai produk dan jasa. Oleh karena itu dunia
internasional menjadikan Indonesia sebagai sasaran pasar mereka. Dengan
pertumbuhan penduduk sekitar 1,36 persen per tahun, Indonesia mendapat tambahan
3,5 juta orang per tahun atau sejumlah penduduk Singapura.
Penduduk yang
banyak bisa menjadi modal yang berharga seandainya tingkat pendidikannya cukup
tinggi dan kesehatan yang baik. Walaupun sudah lebih dari 90 persen anak-anak
Indonesia mengenyam tingkat pendidikan dasar 6 tahun tapi yang bisa melanjutkan
pendidikannya ke sekolah lanjutan pertama, sekolah menengah atas dan perguruan
tinggi sangat sedikit. Hambatan utama yang dihadapi adalah kemiskinan. Walaupun
pemerintah sudah memberlakukan wajib belajar 9 tahun dan membebaskan uang
sekolah serta memberi berbagai kemudahan dan bea siswa, tapi kemiskinan membuat
banyak keluarga memutuskan untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya lebih lanjut.
Hal ini dapat dipahami mengingat sekolah tidak hanya bayar uang sekolah tapi
juga membeli seragam, biaya transpor, uang jajan dan pungutan sekolah.
Dari kedua
pendapat di atas dapat dipahami bahwa keadaan ekonomi keluarga sangat
mempengaruhi pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga, artinya bila ekonomi
keluarga sangat minim maka akan menuntut orang tuanya selalu berusaha mencari
nafkah keluarga. Hal ini tidak jarang dilakukan oleh seorang ayah atau ibu.
Bila kedua orang tua telah disibukkan dengan pekerjaannya sehari-hari untuk
mencukupi kebutuhan mereka, maka anggota keluarganya (anak-anak mereka) akan
kehilangan Pembina dan pembimbingnya, sehingga mereka tidak lagi terurus dan
sebagainya akibatnya moral serta tingkah laku anak tak terarah. Oleh karena itu
pemerintah harus lebih memperhatikan masyarakatnya agar anak-anak Indonesia
dapat mengenyam pendidikan minimal SMA, supaya tingkat pendidikan di Indonesia
meningkat dan dapat bersaing dengan negara lain